Embung Solusi Banjir Perumnas

Embung Solusi Banjir Perumnas

DED Sedang Dibuat, Butuh 10 Hektare Lahan CIREBON- Musim angin mulai masuk beberapa hari terakhir. Hal ini menandakan musim hujan segera datang. Wilayah Perumnas Harjamukti menjadi salah satu langganan banjir. Berbagai solusi dilakukan seperti melakukan normalisasi sungai. Namun, hal itu bukan solusi utama. Pembuatan embung menjadi solusi paling efektif. Saat ini, Detail Engginering Design (DED) embung di Kelurahan Larangan, Kecamatan Harja­muk­ti, sedang dibuat. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) Kota Cirebon Ir H Yoyon Indrayana MT mengatakan, konsep pembuatan embung di Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti telah sampai pada tahap membuat DED. Dengan demikian, dalam dua tahun ke depan diupayakan embung dapat terealisasi. Setidaknya, butuh 10 hektare lahan baru untuk menampung air hujan dan mengurangi banjir akibat dampak dari luapan sungai Cikalong yang berada di wilayah Perumnas. Dengan kondisi sungai Cikalong yang semakin mengecil, luapan air hujan semakin deras. Terlebih, ujar Yoyon Indrayana, wilayah Perumnas Harjamukti sangat kekurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai daerah resapan. “Air tidak bisa terserap ke tanah. Akhirnya jatuh ke sungai dan meluap menjadi banjir. Solusinya hanya membuat embung,” terangnya kepada Radar, Selasa (25/8). Ditambah, drainase Kota Cirebon yang tidak mampu menampung air hujan. Seperti gelas kecil menampung air dari teko besar. Pembangunan embung di wilayah Kelurahan Larangan, Kecamatan Harja­muk­ti, tersebut selain untuk menampung air hujan, berman­faat pula sebagai tempat menyim­pan ketersediaan air baku. Tidak hanya itu, lanjut Yoyon, embung akan menja­di lokasi rekreasi wisata bagi masyarakat. Perinciannya, dari lahan 10 hektar hanya setengahnya yang digunakan untuk membangun fisik embung. Sementara sisa 5 hektar lainnya dimanfaatkan sebagai RTH yang menjadi obyek wisata. Namun, kendala pembangunan embung ada pada pembebasan lahan. Selain tidak mudah, dibutuhkan Rp20 miliar untuk membebaskan lahan warga. Kondisi topografi Kota Cirebon tidak menguntungkan dalam antisipasi banjir secara menyeluruh. Karena itu, DPUPESDM mengajukan anggaran untuk pembangunan tiga titik embung pada tahun anggaran 2015. Namun, hingga saat ini belum masuk prioritas anggaran APBD. Tiga titik itu adalah embung di Jl Cipto MK, Kelurahan Larangan dan Kelurahan Harjamukti. “Anggaran yang diajukan hanya untuk pembebasan lahan. Kalau pembangunan embung dilakukan pemerintah pusat,” ujar Yoyon. Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) DPUPESDM H Trisunu Basuki ST mengatakan, kondisi topografi juga mempengaruhi. Betapa tidak, saat hujan turun air laut menuju darat. Sementara, air dari darat tidak dapat kembali ke laut. Beberapa faktor penyebabnya. Di antaranya endapan lumpur yang tidak terserap ke laut dengan cepat. Bahkan, endapan lumpur itu menyumbat pintu-pintu drainase. Akhirnya, endapan di drainase dan sungai semakin tinggi, sementara air tidak lancar mengalir ke laut. Otomatis, air tumpah ke jalan dan menggenangi pemukiman penduduk disekitar sungai atau drainase. “Penanganan banjir tugas bersama,” ujarnya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: