Dialog Warga dan Kontraktor Alot

Dialog Warga dan Kontraktor Alot

Sopir Lokal Tuntut Dipekerjakan di Proyek BIJB KERTAJATI - Megaproyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) saat ini dalam tahap pembangunan oleh beberapa kontraktor, diantaranya BUMN PT Waskita Karya Tbk dan PT Wijaya Karya. Selasa (8/9) kantor kontraktor itu diluruk puluhan sopir dump truck yang semuanya warga sekitar Desa Kertasari dan Desa Kertajati. Mereka menuntut dipekerjakan pada proyek BIJB, karena sebagai warga sekitar sudah sepatutnya kontraktor merangkul mereka. Perwakilan sopir, Sudarsono (45) mengatakan, aspirasi dari rekan-rekannya adalah meminta 25 dump truck beserta sopir dan kulinya dimasukkan dalam kegiatan proyek. Sebelum ada kesepakatan, mereka meminta agar pengoperasian alat berat dihentikan. “Sebagai masyarakat asli Kertajati yang terkena imbas polusi debu, sudah sepantasnya kontraktor memberi kami peluang kerja. Kami bukan meminta uang, tapi kami minta pekerjaan. Masa truk pengangkut tanah berasal dari luar Majalengka, padahal proyeknya ada disini,” tutur Sudarsono. Danramil Kertajati Kapten Endang Supriyatna didampingi Kapolsek AKP A Majid, serta dua kepala desa yang menjadi perwakilan warga untuk berdialog dengan kontraktor menyebutkan, kontraktor bersedia menampung aspirasi warga dengan bayaran Rp700 ribu per hari bersih di luar solar dan uang makan dan 8 jam kerja sehari. Tetapi tidak sepenuhnya 25 dump truck itu beroprasi setiap hari. “Kontraktor memberi solusi dengan pengaturan jadwal giliran dari 25 dump truck itu. Hari pertama 5 truk ke Waskita, 4 ke Wijaya, hari kedua dan seterusnya masing-masing empat truk. Kita lihat sisi positifnya, karena proyek ini akan berkelanjutan bukan untuk hari ini saja,” terang Endang. Hal senada diucapkan Kepala Desa Kertajati Ajat Sudrajat. Dirinya sudah berupaya agar keinginan warga bisa dipenuhi kontraktor. “PT Wika sebenarnya kesulitan memasukkan truk warga, karena sudah terikat kontrak dengan pihak lain. Tapi karena desakan dari kami, maka sebagian bisa diakomodir,” ucap Ajat. Mendengar hasil dialog tersebut, mayoritas sopir tidak puas. Pasalnya bila ada pengaturan jadwal maka akan ada yang menganggur dua hari. Artinya dalam waktu tersebut mereka tidak bisa menafkahi keluarga dan sebagian lagi terancam tidak bisa mencicil truknya. Belum lagi akan timbul rasa tidak enak sesama sopir, yang satu kerja yang lain menganggur. “Bandingkan dengan proyek Cipali, berapapun jumlah dump truck dari putra daerah bisa disertakan. Bahkan mereka rela memulangkan truk besar asal Jakarta biar yang disini bisa bekerja. Ini yang katanya bandara internasional, mengakomodir 25 truk saja masih pikir-pikir,” tutur Umi, salah seorang sesepuh sopir. Hasil dialog yang tidak disetujui membuat kapolsek berinisiatif menyertakan tiga orang perwakilan sopir, Kepala Desa Kertasari dan Kertajati untuk bernegosiasi lagi dengan kontraktor. Dengan syarat tidak ada keributan dan menjaga kondusivitas area proyek. Sampai berita ini diturunkan, dialog masih berlangsung dan hasilnya belum diketahui. Sementara puluhan dump truck masih terpakir di area proyek. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: