The Special Loser
MADRID - Ekspektasi tinggi mengiringi kehadiran Jose Mourinho ke Real Madrid musim lalu. Dengan gelimang gelar di setiap klub yang ditangani sebelumnya, Real berharap hadirnya Mourinho bisa menghentikan dominasi Barcelona. Untuk mewujudkan misi tersebut, Real pun menjadikan The Special One -julukan Mourinho- sebagai pelatih termahal dunia dengan bayaran 10,5 juta euro atau lebih Rp121 miliar per tahunnya. Enam bulan bertugas, Real mendapat shock therapy ketika. Klub berjuluk Los Merengues itu dihajar lima gol tanpa balas oleh Barcelona di Nou Camp (29/11/2010). Yang mengecewakan, hampir sepanjang laga, Mourinho terdiam di bench. Kalah dari rival abadi, apalagi dengan skor telak, sulit diterima oleh Real. Isu mengganti Mourinho pun sempat mengemuka meski akhirnya tidak terbukti. Pada musim itu pula, Real disingkirkan Barca -sebutan Barcelona- di semifinal Liga Champions, termasuk kalah di kandang sendiri dua gol tanpa balas. Tapi, gelar Copa del Rey, setelah mengalahkan Barca melalui babak tambahan waktu, dianggap masih bisa menenangkan. Mourinho dimaafkan karena menjalani musim perdananya. Namun, musim ini atau pada tahun kedua Mourinho bersama Real, kondisinya tak kunjung berubah. Dalam tiga el clasico terakhir, Los Merengues bahkan selalu menjadi pecundang sehingga membuat catatan sejarah pertemuan kedua tim sejak 13 Mei 1902 berimbang 86-86 (khusus laga resmi). Yang paling gres adalah di leg pertama perempat final Copa del Rey di Santiago Bernabeu kemarin. Gol Cristiano Ronaldo pada menit kesebelas hanya melegakan publik Bernabeu di babak pertama. Empat menit setelah turun minum, sundulan Carles Puyol memanfaatkan sepak pojok Xavi Hernandez menyeimbangkan keadaan sekaligus meruntuhkan mental tuan rumah. Petaka Real terjadi pada menit ke-77 ketika Lionel Messi mengirim umpan kepada Eric Abidal yang melakukan penetrasi ke kotak penalti. Dengan tenang, defender yang baru saja memperpanjang kontrak bersama Barca itu mendorong bola ke gawang. Kekalahan kemarin tak ayal memicu reaksi dari sebagian Madridistas, sebutan fans Real. Ejekan dan cemoohan diterima Mourinho maupun pemain Real di akhir laga. Pemandangan yang tidak terjadi musim lalu sekalipun Real kalah di depan pendukungnya sendiri. “Saya selalu bisa memahami (apa yang terjadi pada suporter di stadion). Yang pasti, saya bertanggung jawab, terutama ketika tim saya kalah. Kemenangan memiliki banyak “ayah”, sedangkan kekalahan hanya punya satu,” tutur Mourinho di situs resmi klub. Ayah yang dimaksud Mourinho adalah ketika tim kalah, hanya pelatih satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab. Lain halnya apabila tim menang karena semua dalam tim terlihat berjasa. Internal Real pun terpecah menyikap strategi Mourinho. Kapten-kiper Iker Casillas mengritik timnya yang bermain defensif sekalipun memulai laga dengan skema agresif 4-3-3. Tapi, Direktur Institusional Real Emilio Butragueno meyakini apabila Mourinho akan bisa menemukan formula yang tepat meredam Barca ke depannya. Jika Mourinho tidak pernah mengalahkan Barca di Bernabeu, entrenador Barca Josep Guardiola justru memiliki catatan tidak terkalahkan di Bernabeu (menang lima kali dan dua kali seri). “Anda pasti berpikir ini (rekor) akan berakhir cepat atau lambat. Itu normal karena stadion ini sangat menekan. Tapi, para pemain tahu apa yang diperlukan untuk bermain di stadion seperti ini dan mereka melakukannya dengan baik,” ujar pelatih Barca sejak 2008 itu. (dns/bas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: