Puluhan Tahun Tarpen Hidup di Gubuk
WIDASARI - Memprihatinkan nasib Tarpen (75), Warga Desa Bunder, Blok Desa, RT 07 RW 03, Kecamatan Widasari, sudah puluhan tahun harus tinggal di sebuah rumah yang hanya berukuran 4X2 meter dan benar-benar tidak layak huni. Apalagi kondisi tubuh nenek 75 tahun ini sudah 2 tahun mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan dengan sempurna. Ia pun harus merangkak apabila ingin berpindah tempat ke tempat lain. Setelah puluhan tahun tidak diperhatikan, akhirnya nenek Tarpen mendapat bantuan dan perhatian dari Pemerintah Kecamatan setempat. Bahkan, Camat Widasari H Dodi Tisna Abdullah turun langsung melihat kondisi rumah sang nenek dan memberikan bantuan berupa makanan dan peralatan dapur, Sabtu (26/9). Dalam kunjugan tersebut, Camat Widasari H Dodi Tisna Abdullah, sempat meluapkan amarahnya kepada pemerintah desa setempat yang terkesan membiarkan nenek 75 tahun ini hidup dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Dan dirinya pihaknya tidak pernah mendapat laporan dari pihak desa tersebut. “Saya benar-benar kecolongan. Kondisi rumah nenek Tarpen sangat memprihatinkan. Seharusnya pemdes segera melaporkan kepada kami apabila ada warga tidak mampu. Bantuan ini bukan hanya dari kecamatan, tetapi juga dari ibu Bupati Hj Anna Sophanah,” ujarnya kesal. Dikatakan, Dodi dalam kesempatan ini juga dirinya selaku pemerintah kecamatan akan merenovasi rumah nenek Tarpen yang tidak layak huni tersebut. “Dalam waktu dekat, rumah nenek Tarpen akan direnovasi. Rencananya, ibu bupati akan melihat langsung proses renovasi rumah ini,” ungkapnya. Dodi pun memerintahkan kepada aparat desa untuk segera melaporkan jika ada warga yang tinggal di rumah yang tidak layak huni. “Saya berharap tidak ada lagi warga di Kecamatan Widasari yang mengalami nasib yang sama seperti nenek Tarpen,” tegasnya. Sementara itu, Warsita (60) adik nenek Tarpen mengatakan sudah puluhan tahun kakaknya hidup sendiri di rumah tersebut. Meski memiliki anak, tapi mereka (anaknya, red) melarang sang ibu untuk merenovasi atau memperbaiki rumah gubuk yang ditempatinya itu sekarang. “Anaknya juga tidak membolehkan ibunya untuk memperbaiki atau meronovasi rumah itu. Masyarakat dan keluarga sudah pernah akan memperbaiki rumah itu tapi dilarang anaknya. Kami tidak tahu alasannya kenapa,” ungkapnya. Warsita pun mengaku senang dan bangga dengan kunjungan camat ke rumah sang kakak. “Alhamdulillah pemerintah setempat dapat membantu kakak saya untuk memperbaiki rumah yang layak huni,” ucapnya. (oni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: