Dua Jamaah Haji Kuningan Menghilang

Dua Jamaah Haji Kuningan Menghilang

Pasca Tragedi Mina Belum Pulang ke Pemondokan KUNINGAN - Dua jamaah asal Kuningan yang tergabung pada kloter 21 dikabarkan hilang pasca terjadinya tragedi Mina di Arab Saudi beberapa hari lalu. Dua jamaah yang merupakan pasang suami istri itu bernama Sofyan Haerudin (46) dan Enung Maesaroh (34). Mereka berdua merupakan warga Dusun Puhun RT 03 RW 02, Desa Muncangela, Kecamatan Cipicung. Pihak kerabat sudah mengetahui hal ini. Namun mereka belum memberitahu orang tua, kerabat, serta anak-anaknya. Hilangnya dua orang yang belum pulang ke pemondokan tersebut, total ada 90 jamaah asal Indonesia (hingga Selasa siang 29/9, red) yang dilaporkan hilang. Kemenag Kuningan sebenarnya sudah mengetahui dari awal perihal hilangnya dua jamaah tersebut melalui laporan ketua kloter. Tapi pihak Kemenag menunggu dan berharap dua jamaah tersebut hanya tersesat dan bisa kembali ke pemondokan. Namun, hingga Selasa (29/9), belum ada kabar, dan akhirnya petugas daerah kerja (Daker) Makkah memasukkan jamaah yang hilang itu dalam daftar yang belum pulang ke pemondokan. “Saat ini kami tengah menunggu informasi terkait dua jamaah haji yang belum ke pemondokan itu. Kami berharap dua jamaah hanya tersesat. Karena pernah kejadian, ada yang tersesat hingga seminggu lebih,” ucap Kepala Kemenag Kuningan, Drs H Undang Munawar melalui Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah H Hamzah Rukmana MAg kepada Radar, kemarin (29/9), usai menggelar rapat masalah kepulangan jamaah haji asal Kuningan di eks Aula Dispenda Kuningan. Tanpa menunggu lama, Hamzah bersama Kabag Kesra Setda Kuningan H Toto Toharudin MPd dan Camat Cipicung Deden Sopandi yang kebetulan tengah ada di Pemda Kuningan langsung meluncur ke Desa Muncangela untuk memberi informasi kepada pihak keluarga jamaah. Namun, untuk menghindari kepanikan dan shock pihak keluarga, Kades Muncangela, H Kahi Hidayat mengarahakan rombongan dari Pemkab dan Kemenag ke kantor desa. Kahi sendiri ternyata merupakan paman dari dua jamaah yang hilang tersebut. “Saya sendiri bersama keluarga yang lain sudah mengetahui hal ini. Tapi kepada kedua orang tuanya serta anak-anaknya belum diinformasikan karena takut shock. Makanya saya minta bapak-bapak cukup datang ke desa saja. Nanti kalau sudah ada waktu yang tepat, saya berbicara kepada kedua orang tua dua jamaah itu. Saat ini pun keberadaannya tengah dicari, kebutulan ada kerabat Sofyan dan Maesaroh di Makkah,” beber Kahi. Dia menyebut, total ada delapan jamaah asal Desa Muncangela yang berangkat. Rinciannya, satu jamaah di kloter 20 dan 7 jamaah di kloter 21. Kedelapan jamaah itu yakni Sofyan, E Maesaroh,  Tatang Kurnia, Supena, Ono Taryono, Titi Jaenab, Rukayah serta Titin Suhartini. Setiap saat semua jamaah itu selalu dikontak satu per satu untuk menanyakan masalah kondisi di tanah suci. “Sebagai rasa tanggung jawab saya sebagai kades, maka semua jamaah asal Muncangela saya kontak. Bukan hanya kedua ponakan saya saja. Sejak tragedi Mina, kontak dengan tujuh jamaah di kloter 21 sempat menghilang dan alhamdulillah untuk yang lima sempat hilang kontak, tenyata kondisinya baik meski ada jamaah yang kakinya lecet akibat tragedi itu. Untuk satu jamaah yang tergabung pada kloter 20 tidak ada masalah,” ujar Kahi. Dia sendiri berharap, dua jamaah yang belum pulang bisa kembali ke pemondokan dan bisa pulang ke Kuningan pada tanggal 8 Oktober nanti. Sofyan dan Maesaroh memilik empat anak. Sofyan menjadi guru di MAN Ciawigebang, serta menjadi dosen di Uniku. Sedangkan istrinya mengajar di PAUD. Keempat anaknya, kata Kahi, masih belum dewasa. Yang paling besar berusia 13 tahun. Sedangkan yang paling kecil masih balita. “Saya berharap ponakan dan warga saya bisa kembali dengan selamat. Mudah-mudahan hanya tersesat,” ucap dia terlihat tegang. Sementara, Kabag Kesra Setda Kuningan H Toto Toharudin MPd yang mewakili bupati mengaku, informasi ini sudah disampaikan kepada bupati. Pihaknya tidak akan menduga-duga dua jamaah itu menjadi korban tragedi Mina. “Kami datang ke sini sebagai bentuk perhatian dan tanggung jawab dari pemerintah. Kare­na kalau pihak keluarga ti­dak diberi informasi, takut­nya pemerintah yang disalah­kan. Mari kita sama-sama men­doakan agar kedua jamaah itu bisa selamat dan hanya tersesat,” ucap Toto.  (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: