Sejumlah Anggota DPRD Berang
Rudi Oang: Cuma Hiburan, Bukan Bermaksiat KUNINGAN – Sejumlah wakil rakyat merasa geram atas mencuatnya isu dugaan praktik kemaksiatan di gedung dewan. Ditambah lagi munculnya statemen yang seolah menyamaratakan perilaku anggota dewan. Sebab, DPRD merupakan lembaga terhormat yang wajib dijaga nama baiknya. “Ini lembaga terhormat. Siapa lagi yang menjaganya kalau bukan masyarakat. Koran itu kan dibaca sewilayah III Cirebon. DPRD Kuningan seolah tak punya marwah. Ini mencoreng. Hiburan itu saya kira jangan ditafsirkan terlalu jauh,” kata politisi asal PKS, Rudi Oang Ramdani diiyakan politisi asal Demokrat, Hj Titi H Noorbandah kepada Radar. Rudi mengaku, pada malam agustusan itu dirinya pun hadir bersama Wabup H Acep Purnama MH. Ada pula anggota dewan dari PDIP dan Partai Demokrat. Namun saat jarum jam menunjukkan pukul 23.00, dia bersama Acep kemudian pulang. “Ya ada lah 20 orang mah. Kawan-kawan kita di PDIP, Demokrat, saya dan wabup juga ada pada malam itu. Memang mayoritas kawan-kawan kita di PDIP. Mereka senang hiburan. Saya juga senang hiburan. Tapi kalau digeneralisir dewan melakukan maksiat, ya itu terlalu jauh. Kita juga hargai para pejuang. Kita rileks di ruang paripurna yang biasanya kita tegang berbeda pendapat. Cuma malam itu kok, nggak tiap malam,” tuturnya. Rudi menegaskan, ketua DPRD dan wabup pun hadir. Kalau mahasiswa berstatemen seperti di koran, berarti dia tidak percaya kepada pemimpinnya. Dia pun menghadiri acara tersebut hingga pukul 23.00. Saat itu tidak ada suatu perilaku yang dinilai mengarah pada kemaksiatan. “Setelah jam 11, saya nggak tahu. Tapi saya yakin nggak macem-macem. Hanya dangdutan saja, hiburan,” ujarnya. Terkait tudingan adanya oknum yang menenggak minuman beralkohol, Rudi memberikan jawaban. “Jadi begini ya, saya nggak tahu minumnya di mana, datang dalam keadaan lieur (pusing, red) lalu jaroget (berjoget bersama, red) dan itu pun nggak ada yang macem-macem. Hanya sekadar happy, selesai. Jadi terlalu jauh kalau ada perkiraan maksiat. Maksiatna naon sih (apa sih)?,” ucap Rudi dengan bahasa campur antara Sunda dan Indonesia. Munculnya statemen mahasiswa, dia berkeyakinan merupakan bentuk kasih sayang untuk mengingatkan. Hanya saja, dirinya meminta agar jangan under estimate. “Seolah-olah semuanya melakukan. Kasihan lah di dewan juga kan ada ibu-ibu. Saya juga ada yang negur. Saya jawab agustusannya juga sudah lewat kok, dan tidak semua begitu,” tuturnya. Kepada konstituen, Rudi maupun para anggota dewan lain akan melakukan klarifikasi. Dikatakan, bentuk ekspresi tiap orang itu berbeda-beda. Apakah itu anggota dewan asal PKS, PDIP, PD maupun partai lain. “Ada yang senang jodet. Ada yang senang dengan hanya duduk mendengarkan lagu. Kaya saya, duduk mendengarkan lagu, sambil menikmati goreng pisang, cireng, bajigur. Berbagai pilihan disediakan oleh sekwan,” kata Rudi. Adapun soal minuman beralkohol, menurut dia, itu lain lagi. Kalaupun ada yang meminta ke sekwan, itu di luar pesanannya. “Itu mah di luar pesanan saya. Saya cukup cikopi (air kopi, red) tapi cikopi panas, bukan cikopi tiis cap jenggot, ya bahaya,” ungkapnya dengan setengah tertawa. Untuk urusan mihol, tegas Rudi, itu kembali ke masing-masing dan tidak boleh menggeneralisir. Jika ada oknum yang seperti itu, menurutnya sudah menjadi ranah Badan Kehormatan (BK). Apabila BK mengatakan tidak ditemukan adanya indikasi konsumsi mihol, maka dirinya menghargai hasil investigasi BK. Sementara itu, politisi asal Partai Gerindra, Herawati SH menegaskan, BK telah melakukan penelusuran. Apa yang dikabarkan selama ini, menurut dia, baru indikasi. Pihaknya tidak bisa berandai-andai. Yang jelas setelah BK mengeluarkan pernyataan tidak ditemukan indikasi, maka dirinya percaya kepada BK. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: