Ini Masalah Kita, Ayo Benahi
Maunya Hidup di Jalan, Ganggu Wajah Kota Keamanan dan ketertiban di Kota Cirebon masih belum terjaga dan terkendali. Hal itu dapat dilihat di beberapa titik Kota Cirebon yang masih nampak fasilitas umum yang digunakan oknum warga untuk bermain judi hingga mabuk-mabukan di malam hari. Belum lagi di siang hari, permasalahan mengenai gelandangan liar yang hidup di pinggir-pinggir kali. FENOMENA seperti ini sudah seharusnya direspons oleh Pemkot Cirebon. Coba kita tengok Kali Sukalila Utara. Di sana ada Mamisa (70). Gelandangan asal Cilacap ini tiap hari tidur di bawah pohon dengan beralaskan tikar dan berselimut seadanya. Dia tinggal bersama suaminya yang hanya seorang pemulung. Mamisa mengaku sudah pernah dibawa dalam razia Satpol PP. Namun dirinya kemudian dilepaskan, dan disuruh pulang ke rumah. Mamisa pun kemudian kembali ke tempat semula, tinggal dan hidup di pinggir kali Sukalila. \"Saya ikut suami sih. Suami sebenarnya punya rumah di saudaranya, tapi dianya ingin hidup di jalan terus,\" ungkap Mamisa. Dari hasil mengumpulkan sampah, dia bisa mendapatkan sekitar Rp10 ribu per hari untuk makan. Kadang kala dirinya mendapatkan uang dari orang yang tiba-tiba menghampirinya. \"Suami asalnya dari Jagapura, tapi dia gak mau pulang. Paling pulang kalau sudah punya duit saja,\" ucap Mamisa lagi. Tidak hanya masalah gelandangan. Penyakit masyarakat (pekat) seperti wanita malam dan miras juga sudah berjangkit di daerah tersebut. Kasi Gakda dan Perwali Satpol PP Kota Cirebon, Pepi Supriatna mengatakan dalam mengurangi penyakit masyarakat pihaknya akan mencoba melakukan penertiban dengan mengubah pola jam razia. \"Kadangkala mereka bisa menghindar karena mereka sudah tahu pola kita,\" jelasnya. Tak hanya itu, Satpol PP juga ke depan berencana untuk melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah di tingkat bawah mulai dari kecamatan, kelurahan hingga RT/RW dan masyarakat setempat. \"Penanganan penyakit masyarakat, kita koordinasikan dengan aparat pemerintah setempat dan masyarakat. Karena memang banyak juga masyarakat yang sudah terusik dengan adanya pekat tersebut,\" jelasnya. Koordinasi itu bisa dalam bentuk kegiatan pemasangan spanduk menolak keberadaan PSK atau penyakit masyarakat lainnya. Ataupun mengaktifkan kembali linmas di tiap-tiap RT/RW. Berdasarkan data kebanyakan data PSK berasal dari luar daerah. \"Harus ada semacam tanggung jawab moral dari masyarakat. Dibarengi dengan upaya pembinaan dan penertiban, karena pembinaan PSK juga kita berkoordinasi dengan Dinsos. Mereka yang akan menentukan untuk direhabilitasi ke palimanan atau tidak,\" jelasnya. Kepala Bidang Sosial Dinsosnakertrans Kota Cirebon, Dede Dahlia, mengatakan, untuk gelandangan dan pekat yang berada di Sukalila, pihaknya akan berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Cirebon dalam hal pembinaan dan penertiban. Diakui, daerah Sukalila kerap menjadi tempat gelandangan dan juga pada malam hari dijadikan tempat mangkal para wanita malam. \"Ya kita koordinasikan nanti untuk razia dengan satpol PP. Setelah razia itu, kan kita pilah-pilah mana yang gelandangan, mana orang gila, dan lain-lain. Itu nantinta kita rehabilitasi ke panti sosial di perbatasan. Sementara untuk PSK kita rehabilitasi di Palimanan,\" ungkapnya, kemarin. Sementara banyaknya tamana kota dan fasilitas umum yang ditempati sebagai tempat pekat, ditanggapi oleh Sekretaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, R Henda SH MH. Menurutnya, taman kota tidak seharusnya dijadikan sebagai tempat pekat. Pihaknya meminta agar hal itu bisa ditertibkan. Karena dapat menggangu ketertiban dan keindahan kota. Menurutnya, taman kota sendiri diperuntukan bagi masyarakat untuk bisa dijadikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi masyarakat. Terkait masih adanya taman kota, pihaknya menyebutkan DKP akan terus membenahi taman kota. Salah satunya dengan memperindah dan mempercantik supaya tetap indah dipandang mata. \"Harus seimbang juga antara tanaman dan juga ada penambahan fasilitas penerangannya supaya kalau malam tidak dijadikan tempat yang negatif,\" jelasnya. Di lain sisi, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, Taufan Bharata SSos mengatakan akan mendorong pihak ketiga untuk menggunakan dana CSR dalam mengelola taman-taman kota. Hal ini karena, anggaran pemerintah tidak bisa mencukupi untuk mencover kegiatan tersebut. \"Pola seperti itu yang akan kita lakukan, untuk memantik kepedulian masyarakat memiliki dan merawat fasilitas umum,\" jelasnya. Sehingga DKP hanya fokus untuk bisa membersihkan kota dari sampah. Hal ini agar bisa mencapai visi dan misi RAMAH di Tahun 2018. \"Pemkot tidak memelihara taman, kita fokus pada kebersihan, penyedian ruang terbuka hijau, dan paru paru kota,\" jelasnya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: