Istri Tak Tertolong saat Jamaah Mulai Saling Injak

Istri Tak Tertolong saat Jamaah Mulai Saling Injak

Sofyan Haerudin, Jamaah Kuningan yang Selamat dari Tragedi Mina Kepedihan ditinggal istri tercinta yang menjadi korban tragedi Mina membuat Sofyan Haerudin sangat terpukul. Namun, dukungan keluarga yang begitu besar membuat ayah empat anak ini tegar. AGUS MUSTAWAN, Kuningan KEMARIN (8/10), koran ini menemui Sofyan di rumahnya  di Dusun Puhun, Desa Muncangela, Kecamatan Cipicung, Kabupaten Kuningan. Tampak raut muka sedih terlihat di wajah guru MAN Ciawigebang itu. Meski begitu, warga yang berkunjung untuk mengucapkan belasungkawa dihadapi dengan senyuman. “Saya mengetahui istri sudah tidak ada ketika tiba di pemondokan setelah dijemput dari Jeddah. Sebagai manusia biasa saya shock karena tidak menyangka istri meninggal,” ucap Sofyan mengawali cerita. Semula, ketika tengah dirawat di di RS Malik Abdul Aziz Jeddah, ia semoat menerima kabar jika istrinya, Enung Maesaroh, selamat. Hal ini tentu membuat Sofyan tenang. Keinginan menghubungi istri sempat terlintas namun karena semua bawaan hilang, ia hanya bisa menahan keinginan itu. Yang ia ingat ketika pas terjadi tragedi di Jalan Arab, Mina, itu adalah dia bersama istri tengah berpegang tangan. Namun, tiba-tiba datang rombongan  jamaah yang jumlah  banyak membuat pegangan itu terlepas. Ketika mengetahui istrinya terlepas ia berteriak sekaras mungkin ”pertahankan mah.” Sofyan sendiri ketika itu sudah terinjak-injak. Bahkan, yang ia ingat di bawahnya ternyata ada jamaah lain yang sama, juga menjadi korban. Di tengah kondisi yang kritis tersebut ia ditarik oleh petugas dan lalu dilempar ke tempat yang lebih aman.  Pada saat itu kondisinya tidak menggunakan kain ihram. Begitu juga gelang terlepas. Saat dilempar ke tumpukan orang yang selamat, Sofyan masih sempat ingat kejadian itu. Namun setelah itu tidak ingat sama sekali dan baru siuaman setelah ada di rumah sakit. Ia dirawat di rumah sakit selama 13 hari. Dari situ, ia kemudian dikabari jika istrinya meninggal karena tragedi Mina. “Ketika mengetahui istri meninggal yang terbayang di benak saya adalah bagaimana nasib empat anak saya tanpa ada ibunya. Apalagi masih kecil,” ucap dia dengan suara bergetar menahan tangisan. Ia yakin cobaan yang diberikan ini atas kehendak Allah dan sudah menjadi takdir. Sofyan mengaku, dukungan yang terus mengalir membuat ia tidak merasa sendiri menanggung derita ini. “Saya ucapkan terima kasih kepada ibu bupati yang datang menjemput saya di embarkasi Bekasi. Benar-benar kedatangan ibu bupati dan rombongan membuat saya tegar dan tidak merasa sendiri. Bahkan, ketika di Tanah Suci saya mendapatkan perlakuan lebih, seolah saya ini pejabat,” ucap pria yang juga dosen Uniku ini dengan tersenyum. Bukan hanya kepada bupati dan pemeritah, ia juga mengucapkan terima kasih kepada warga Kuningan yang selama ini sudah memberikan dukungan dan doa, terutama kepada almarhumah istrinya. Mengenai firasat sebelum kematian istri, Sofyan mengaku, tidak ada sama sekali. Namun, kepada teman-teman dan juga keluarga, istri kerap menitipkan anak-anaknya. “Dari sejak kejadian Mina saya belum sekalipun bermimpi ketemu sama istri. Sekarang dengan kejadian ini saya akan fokus memulihkan mental. Padahal, kami berdua punya rencana ingin meningkatkan amal ibadah dan juga ingin memperdalam bahasa Arab dan Inggris,” jelas dia dengan mata menerawang. Sementara itu, dari empat anaknya tampak Rifda (13) Zahra (11) mendampingi ayahnya yang bercerita mengenai musibah di Mina. Dua anak perempuan itu tampak beberapa kali mengusap air mata. Meski berat, mereka menerima takdir ini. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: