Petani Keluhkan Pembangunan Jalan Lingkar

Petani Keluhkan Pembangunan Jalan Lingkar

KUNINGAN – Proyek pembangunan Jalan Lingkar Sampora-Caracas-Cilimus-Panawuan dikeluhkan oleh para petani. Terutama soal penataan saluran air yang melintasi jalan baru tersebut. Akibat mampetnya saluran, para petani asal Desa/Kecamatan Cilimus menjerit lantaran tiga hari areal sawahnya tidak terairi. “Tiga hari lamanya areal sawah di sini kering tidak terairi. Luasnya sekitar 10 hektare. Biasanya kami mendapat pasokan dari mata air Sukun lewat saluran Sukun. Tapi pas ada pengerjaan jalan baru ini, salurannya mampet. Kami pun protes,” tutur Nurdin (61), petani setempat, kemarin (11/10). Pasca protes, sempat ada perbaikan saluran. Namun ternyata posisi saluran lebih tinggi dari aliran air. Sehingga air yang mengalir ke areal sawah tidak maksimal. “Perlu ada perbaikan lagi. Karena sebelumnya pun air yang mengairi pesawahan kami di sini selalu lancar,” sambungnya didampingi petani lain, Iing. Menurutnya, pelaksanaan pembangunan proyek yang tengah dilakukan itu telah mengancam para petani. Pasalnya, sekitar 10 hektare areal persawahannya tidak mendapat jatah pembagian air, dari saluran Sukun yang sebelumnya berfungsi baik. “Saluran di bawah jalan baru menghambat air mengalir. Coba saja lihat sendiri,\" tunjuk Nurdin yang bersama Juhadi (51), warga Blok Cantilan. Dia meminta pihak pemborong melakukan perbaikan terhadap saluran tersebut. Sebab, dalam waktu - waktu tertentu, bantaran atau ruang saluran itu tidak berfungsi dengan baik. \"Apalagi gumpalan-gumpalan lumpurnya menggunung di dalam saluran itu, jadi mana bisa air mengalir kalau seperti begini,\" jelasnya. Sementara itu, Juhadi mengatakan, sebelum dilakukan pembangunan permanen di proyek jalan ini, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk melakukan peninjauan dan perbaikan saluran kembali. \"Sebab, belum lama ini, pihak pemborong proyek ini telah beralasan lain. Katanya, kalau untuk saluran kurang baik ini, jangan salahkan kami, sebab ini pekerjaan pemborong sebelumnya,\" ucap Juhadi menceritakan. Juhadi menjelaskan, dampak yang amat terasakan dalam menghilangkan fungsi saluran air areal pesawahan, terjadi di dua titik saluran. \"Ada dua yang menjadikan kami marah, yaitu ketika saluran Sukun dan saluran Ciasem yang tidak dikembalikan fungsinya. Padahal selama ini, kami tidak mengganggu proyek jalan ini, malah mendukung baik. Tapi tolong perhatian sarana prasaran yang sebelumnya mendukung kami sebagai petani,\" pintanya. Baik Nurdin maupun Juhadi, sempat mendengar bahwa pemda sangat memperhatikan swasembada pangan. Agar hal itu tercapai, menurutnya, kebutuhan air para petani harus diperhatikan. Ketika ada keluhan petani, mereka meminta agar pemda segera merespons cepat. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: