Minta Evaluasi Program Elkaga
KUNINGAN – Meninggalnya salah seorang warga Desa Manggari Kecamatan Lebakwangi, Tuti (33), pasca meminum obat kaki gajah mendapat sorotan dari beberapa pihak. Kendati ada kemungkinan karena faktor kebetulan, namun penelusuran dan evaluasi perlu dilakukan. Sebab, hal ini menyangkut keselamatan jiwa manusia. Seorang pemerhati sosial politik, Adi Rahmat Hidayat ST mengakui bahwa banyak masyarakat mengalami pusing dan demam pasca mengonsumsi obat anti kaki gajah. Bahkan, ada juga masyarakat yang mengaku diare setelah meminum obat pencegah filariasis tersebut. “Awalnya mereka itu kaget, khawatir ada apa-apa. Tapi ternyata gejala yang dialami tidak lama, dan mereka pun normal kembali. Nah, efek seperti ini mestinya diinformasikan sebelumnya oleh petugas agar tidak ada rasa waswas tatkala merasakan ada gejala pusing, demam atau diare,” ujar Adi kepada Radar, kemarin (11/10). Kendati ada imbauan agar penderita jantung, darah tinggi dan ibu hamil menyusui dilarang meminum obat anti kaki gajah, namun tidak sedikit warga yang mengetahui penyakit yang dideritanya. Untuk itu Adi mengatakan, seharusnya ada pemeriksaan terlebih dulu sebelum warga diberikan obat. “Siapa tahu dia awalnya tidak punya penyakit jantung atau darah tinggi tapi kemudian dalam perjalanannya dia punya gejala penyakit tersebut tanpa diketahui olehnya karena tidak menjalani pemeriksaan terbaru,” ucapnya. Terpisah, salah seorang wakil rakyat asal PPP, H Uus Yusuf SE merasa prihatin atas musibah yang menimpa warga Manggari dan Kelurahan Winduhaji. Dia mengakui, program yang bernama eliminasi penyakit kaki gajah (elkaga) tersebut kurang sosialisasi sebelumnya. Wajar apabila ada yang mengeluhkan gejala pusing dan demam setelah meminum obat. “Selain itu banyak juga warga yang tidak mengetahui adanya pemberian obat anti kaki gajah sehingga banyak yang belum mendapatkannya,” kata politisi asal Kelurahan Awirarangan itu. Wajar apabila Uus mempertanyakan anggaran sosialisasi. Jika itu merupakan program pusat, maka dirinya perlu mendapatkan informasi apakah anggaran sosialisasi teralokasikan atau tidak. Sebab, jangankan di pedesaan, di perkotaan pun Uus merasa program tersebut kurang tersosialisasikan. “Saya akui program ini bagus. Tapi kalau prosesnya nggak bagus kan jadinya merugikan masyarakat,” ujarnya. Di tempat lain, salah seorang wakil rakyat asal BTN Cilimus, Drs H Momon Suherman mengaku belum meminum obat anti kaki gajah. Saat dikonfirmasi Radar, Jumat (9/10), dia mengaku belum menerima obat tersebut. “Mungkin pada waktu itu saya lagi ada di kantor atau ada di mana, sehingga tidak mengetahui adanya pemberian obat kaki gajah,” duganya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), H Raji K Sarji MMKes saat dihubungi Radar sedang berada di luar kota. Catatan mengenai kronologis kejadian yang menimpa Tuti, warga Manggari yang meninggal, disimpan di kantornya. “Nanti saja besok (Senin, red) dilihat catatannya. Kalau sekarang menjelaskan takut salah,” kata Raji. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: