Djadjang Nurjaman, dari Majalengka untuk Persib
Tiru Guardiola, Klub Favorit Tetap MU Pep Guardiola menjadi guru bagi pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman. Pelatih kelahiran Majalengka ini mengaku mempelajari teknik pendekatan serta taktik yang dimiliki mantan pelatih Barcelona itu. DJADJANG mengatakan, hal tersebut sangat membantunya dalam banyak hal. Pep Guardiola memang menjadi sosok pelatih yang disukai Djanur. “Saya memang suka dengan metode pendekatan taktik dan strategi Josep Guardiola,” sahut Djanur-sapaan akrab Djadjang Nurdjaman, beberapa waktu lalu. Meski begitu, bukan Buyern Munchen klub yang dia idolakan sekalipun kini Pep masih mengarsiteki tim asal Jerman itu. Pelatih yang identik dengan kumis dan topinya tersebut mengatakan, Manchester United adalah tim yang dia favoritkan. “Kalau untuk klub, saya tetap Manchester United. Saya juga belajar cara bermain Manchester United,” ujar pelatih yang sukses membawa Maung Bandung-julukan Persib- meraih trofi juara Indonesia Super League (ISL) 2014 ini. Djanur memang pelatih yang penuh kejutan. Sempat diragukan saat pertama kali menanggani tim Persib, dia mampu memberikan prestasi mengesakan. Di musim pertamanya membesut Maung Bandung pada kompetisi ISL 2012/2013, Djanur hanya mampu membawa tim kebangaan bobotoh ini menempati peringkat ke empat. Dia bangkit di musim keduanya membesut Maung Bandung. Mengandalkan mayoritas pemain lama dan hanya melakukan sedikit perombakan. Dia memboyong sejumlah pemain bintang seperti Makan Konate serta Djibril Coulibaly dan Ferdinand Alfred Sinaga. Dengan komposisi itu, dia sukses mengakhiri puasa gelar juara Maung Bandung. Ya, Kota Bandung kala itu menjadi lautan biru ketika konvoi skuat Maung Bandung membawa trofi juara ISL 2014. Gaya permainan bola-bola pendek dari kaki ke kaki memang menjadi ciri khas Maung Bandung saat ini. “Saya memang suksa dengan pola permainan seperti itu. Dan ini memang ciri khas permainan Persib dari zaman Perserikatan,” pungkas Djanur. Jalinan antara Djanur dengan Persib, sudah sangat erat. Sebagai pemain, Djanur mengantarkan Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990 dan 1993-1994. Dalam perjalanan karirnya, Djanur sempat memutuskan untuk meninggalkan Persib dan beralih menjadi pemain profesional yang tampil di Kompetisi Galatama. Tim yang dibelanya di Galatama adalah Sari Bumi Raya Bandung (1979-1980), Sari Bumi Raya Jogjakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan (1982-1985). Ketika Mercu Buana bubar pada pertengahan 1985, dia memutuskan pulang kampung dan langsung diterima pelatih Nandar Iskandar sebagai anggota skuad Persib yang tengah berjuang di Kompetisi Perserikatan 1986. Bersama Persib tentu saja ia merasakan momen yang paling berkesan dan takkan pernah dilupakannya ketika menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986. Dalam pertandingan final menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan, Djanur menjadi pahlawan kemenangan lewat gol tunggal yang dicetaknya pada menit 77. Usai pertandingan, Djanur dielu-elukan puluhan ribu Bobotoh. “Itulah momen yang takkan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya,\" kata Djadjang. Musim 1990, ketika Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan 1990, sebuah umpan silang Djanur menjadi assist bagi gol kedua Persib yang dicetak Dede Rosadi. Persib menjadi juara setelah mengalahkan Persebaya 2-0. Sementara sebagai pelatih, Djadjang merasakan gelar juara ketika menjadi asisten pelatih Indra M Thohir di Liga Indonesia (LI) I/1994-1995 dan masih dipercaya hingga tahun 1996. Setelah itu ia lebih memantapkan karier kepelatihan dengan menukangi PERSIB Junior (U-23). Pada tahun 2006 lagi-lagi ia mendapat kepercayaan sebagai asisten pelatih untuk mendampingi Arcan Iurie. Setelah itu ia mengembangkan karir kepelatihan di luar Persib, hingga pada tahun 2012, manajemen Persib mempercayakan dirinya untuk menukangi tim sebagai Pelatih Kepala dalam mengarungi Indonesia Super League tahun 2013. Kembalinya ke Persib seolah mengulang romantisme juara dengan rekan-rekannya di Liga Indonesia I. Namun kali ini ia menjadi pelatih kepala, \"abah\" Indra Thohir sebagai Direktur Teknik, dan juga ia dibantu oleh trio mantan pemain yang mengantarkan PERSIB juara LI I, yaitu Anwar Sanusi, Asep Soemantri, dan Sutiono Lamso sebagai asisten pelatih. Hasilnya tidak mengecewakan, di ajang turnamen pra musim Celebes Cup yang digelar di Kota Bandung, Djadjang mempersembahkan tropi juara setelah di final mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 1-0. Musim selanjutnya (2014) Djadjang masih didaulat sebagai pelatih kepala. Dia mengajak Herrie Setiawan, Asep Soemantri dan Anwar Sanusi sebagai asisten pelatih. Pada Musim itu, Djanur berhasil membawa Persib menjadi juara ISL 2014. Djanur juga mencetak sebuah rekor, yaitu mengantarkan Persib menjadi juara liga sebagai pemain, asisten pelatih, dan juga pelatih kepala. (ddm/vko/rie/net)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: