Ayah, Anak, Suami, Istri Kompak Maju, Cukup 1 Posko

Ayah, Anak, Suami, Istri Kompak Maju, Cukup 1 Posko

Cerita Lain dari Proses Pilwu di Kabupaten Cirebon Pemilihan kuwu (pilwu) serentak 124 desa di Kabupaten Cirebon sudah dilakukan kemarin. Banyak cerita, mulai yang mistis, yang aneh-aneh, hingga adanya calon di satu desa yang ternyata bapak dengan anak, serta suami dan istri. Kok bisa? DENY HAMDANI, Cirebon CALON kuwu di Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, agak beda dari desa lainnya. Yahya terpaksa bertarung dengan anaknya sendiri Zhevira Virgiawan (26). Hal ini terjadi karena tidak ada pesaing bagi Yahya. Padahal secara aturan harus ada pesaingnya, atau tak bisa calon tunggal. Karena tak ada calon lagi, sementara waktu pendaftaran akan ditutup, maka majulah Zhevira untuk menantang sang ayah. Tapi, persaingan ayah dan anak ini terbilang biasa-biasa saja. Apalagi keduanya mendirikan satu posko. Tidak ada sama sekali sistem kompetisi. Bahkan dalam acara apapun di desa, keduanya selalu bersama. Bahkan bisa dibilang pendukung Yahya juga merupakan pendukung Zhevira. Ditemui di rumahnya, Yahya mengatakan dirinya sengaja meminta anaknya untuk maju, lantaran tidak adanya calon kuwu “Saya daftar tanggal 6 Agustus. Sampai hari akhir pendaftaran akan ditutup, tidak ada satu calon pun yang mendaftar. Akhirnya malam hari jelang penutupan saya suruh anak untuk mendaftarkan diri sebagai calon kuwu,” cerita Yahya. Yahya pun mengakui bahwa anaknya maju sebagai calon kuwu hanya sebatas syarat agar pilwu bisa terlaksana. “Kan katanya kalau calon hanya satu maka pilwu nggak bisa terlaksana. Makanya jalan satu-satunya saya suruh anak daftar. Tadinya istri, tapi istri saya gak punya surat-surat seperti akta lahir. Harus bikin dulu, padahal waktu tinggal hitungan jam. Maka saya suruh anak daftar,” ujar Yahya. Meskipun anaknya hanya sebatas formalitas agar pilwu bisa terlaksana, namun dirinya tetap menyerahkan pilihan kepada masyarakat. “Silahkan masyarakat yang memilih. Milih bapak atau anaknya,\" terang Yahya kepada Radar. Terkait biaya kekurangan pilwu, dirinya pun yang menanggung biaya anaknya. “Di sini kan katanya panitia kurang uang Rp50 juta dan dibebankan kepada calon kuwu. Harusnya dibagi dua biaya tersebut, tapi ya anak saya kan belum kerja jadi saya semua yang nanggung biayanya,” beber Yahya. Ketika ditanyakan kenapa tidak ada warga lain yang mendaftarkan sebagai calon kuwu, Yahya mengaku tidak mengetahuinya. “Kayanya mereka takut melawan saya. Kebetulan keluarga kami mantan kuwu, mulai kakek, bapak serta kakak saya. Saya dengar-dengar katanya sudah ada tiga warga yang mau daftar sebagai calon kuwu. Tapi begitu mereka tahu saya ingin maju satu periode lagi, akhirnya mereka pun tidak jadi daftar,” kata Yahya. Sementara sang anak, Zhevira Virgiawan mengaku tidak punya persiapan apapun. “Saya kan nggak ada niatan sama sekali untuk daftar calon kuwu. Cuma melihat bapak saya gak ada pesaingnya, ya saya terpaksa maju jadi calon,” ujar Zhevira, seraya mengaku sangat siap bila ternyata pemilihan kemarin menetapkannya menjadi kuwu. Sayangnya, Zhevira kalah. Dia hanya memperoleh 268 suara, sementara sang ayah mendapatkan 1.328 suara. Berbeda lagi di Desa Gembongan, Kecamatan Babakan. Dua calon kuwu merupakan suami dan istri yaitu Carlin dan Ipeu Tining Rahayu. Keduanya terpaksa maju bersama sebagai calon kuwu lantaran tidak ada calon pesaing. “Saya maju sama istri karena tidak ada yang mendaftarkan lagi sebagai calon kuwu,” ujar Carlim, usai pemilihan. Carlim sendiri akhirnya menjadi kuwu dengan 2.443 suara, semnetara sang istri hanya mendapatkan 94 suara. Pada proses pemilihan, panitia menyuguhkan musik qasidahan. Masyarakat antusias mengikuti pilwu serentak. “Memang kelihatannyakan kalau calon suami istri ini dikhawatirkan mengurangi antusias warga. Tapi alhamdulillah, semua antusias. Apalagi ada musik qasidahan,” ujar Camat Babakan Kusdiyono. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: