Lala Juara Dunia Karate di Jerman, Agung ke Prancis

Lala Juara Dunia Karate di Jerman, Agung ke Prancis

 Pahlawan-pahlawan Muda dari Cirebon dan Majalengka  Ada dua pahlawan muda yang mengharumkan nama Indonesia hingga luar negeri. Ada Lala Diah Pitaloka yang saat ini duduk di kelas V SDN Weragati, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, serta Agung Fadhilah (15) yang tercatat sebagai siswa SLBN Budi Utama Kota Cirebon. JAMAL SUTEJA, Cirebon INDONESIA bisa berbangga memiliki aset seperti Lala Diah Pitaloka. Di usianya yang baru 10 tahun, dua sudah melanglang hingga Berlin, Jerman. Bendera merah putih pun berkibar karena perjuangannya. Perjuangan Lala menjadi inspirasi. Sejak usia enam tahun, bocah ajaib ini kerap melihat kakak pertamanya berlatih karate bersama teman-teman yang lain. Dari sanalah dia mulai tertarik. Karena sering melihat gerakan dalam latihan karate, Lala mulai mengikutinya. Dia termasuk cepat dalam menangkap semua ilmu beladiri asal Jepang tersebut. Keluarga Lala termasuk salah satu keluarga atlet. Karena ayah Lala sekaligus merangkap manajernya, Idi Sahidi, juga merupakan pemain sepak bola. Dalam keluarga, prestasi Lala yang paling menonjol. Selain mendapatkan ranking pertama di sekolah, Lala juga tak pernah lelah berlatih. Perjuangan meraih mimpi itu tentu saja tidak mudah. Ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) menjadi pembuktian atas semua mimpi Lala. Dimulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional, Lala meraih juara pertama. Namanya kemudian mewakili Indonesia di ajang Internasional Banzai Cup Open yang digelar di Berlin Jerman, 10-11 Oktober 2015. \"Waktu itu Lala pernah bilang dia mau menjadi juara dunia. Saat itu kami tidak kepikiran, dalam hati kayaknya tidak mungkin. Tapi karena Lala memiliki tekad yang kuat, dia terus berlatih setiap hari. Sampai-sampai pelatihnya bilang Lala ini anak ajaib. Kaget juga karena awalnya hanya cita-cita, sekarang menjadi nyata,\" ungkap ayah Lala, Idi Sahidi. Saat kejuaraan internasional itu, kebetulan Idi tidak mendampingi Lala di Berlin. Dia mendengar informasi anaknya menang pada malam harinya. Dia yang tengah berlatih sepak bola, langsung bersujud syukur. \"Semua waktu itu menunggu kabar Lala. Feeling saya memang sudah optimis menang, karena Lala ini termasuk salah satu favorit,\" kata Idi. Dikatakan dia, Lala saat itu harus berkompetisi dengan 64 peserta dari 33 negara. Namun di laga final, Lala bertemu dengan perwakilan Indonesia lainnya. Lala sempat mengaku lawan terberatnya saat itu dari peserta tuan rumah Jerman. \"Inspirasinya karena Lala punya mimpi untuk menjadi juara dunia,\" timpal Lala. Siswi yang menyukai pelajaran IPA ini juga sama dengan sosok anak lainnya. Dia suka bermain congkak dan rumah-rumahan. Namun sosok Lala terlihat jauh lebih dewasa dari yang lain, terutama dalam hal kemandirian, dan juga ketekunan. \"Lala selalu memperhatikan gerakan-gerakan latihan yang ditampilkan para seniornya. Dan dia selalu ingin mengikuti dan ingin bisa. Gerakan Lala juga sangat atraktif, kelebihan Lala juga ada di daya juangnya,\" jelas pelatih karate, Sentai Hendra Priyatna. Prestasi yang diraih Lalamembuatnya banyak menuai pujian. Bahkan kini terbentuk sebuah fans klub, sebagai wadah dan apresiasi terhadap sosok Lala. Rektor Universitas Majalengka (Unma) Prof Dr Sutarman menggamabrkan sosok Lala sebagai kuncup yang akan mekar. Sehingga dia berpesan agar Lala tidak terbebani dengan semua sanjungan. \"Lala harus tetap tumbuh dan berkembang,\" ungkapnya. Karena prestasi meraih juara dunia itu, tawaran beasiswa untuk Lala bermunculan. Pemerintah melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Majalengka tengah mengupayakan beasiswa bagi Lala. \"Prestasi ini merupakan capaian luar biasa. Kita akan berupaya karena prestasi ini tingkatnya sudah internasional. Kami akan usulkan beasiswa ke Pemprov dan pusat. Pemkab Majalengka sudah jelas tidak akan tinggal diam,\" ungkapnya. AGUNG IKUT LOMBA DI PRANCIS Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang satu ini punya prestasi luar biasa. Berkat kemampuan alamiahnya dalam melukis, dia mampu mengukir prestasi dan membawa nama Cirebon ke tingkat nasional. Dia adalah Agung Fadhilah (15), siswa SLBN Budi Utama Kota Cirebon. Prestasi terakhir, Agung meraih Juara I Lomba Melukis Tingkat Nasional dalam Gebyar PK LK 2015, Senin-Jumat (2-6/11) di Padang, Sumatera Barat. Gebyar PK LK sendiri event yang digelar oleh Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Republik Indonesia. Dalam gebyar tersebut tidak hanya lomba melukis, tapi juga menampilkan bakat dan keterampilan lain siswa siswi SLB seluruh Indonesia. Anak bungsu dari pasangan Tuti dan Ahmad Alex ini memang berbakat dalam melukis terutama sketsa. Bakat dan prestasi Agung, sudah mulai muncul sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dia meraih juara ke III tingkat provinsi. Siswa yang memiliki keterbatasan dalam bicara dan mendengar ini, juga pernah meraih Juara III Nasional pada tahun 2013 saat dirinya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Keikutsertaan Agung dalam lomba melukis membuat dirinya berkembang menjadi juara pertama tahun ini. Dia pun berhak mengikuti perlombaan melukis internasional tahun depan di Paris, Perancis. \"Agung ini termasuk kandidat termuda, karena yang lain usianya lebih tua. Karena lukisannya juga bagus dan usia muda, Agung yang terpilih menjadi juara dan tahun depan ke Paris, Perancis,\" jelas Kepala SLBN Budi Utama, Suyata SPd didampingi Guru Pendamping Agung, Betty. Bahkan, pihak sekolah berencana untuk menggelar audiensi dengan Walikota Cirebon atas prestasi nasional yang diraih Agung. Pihaknya ingin membuktikan diri, siswa SLB juga bisa berprestasi dan tidak kalah dengan siswa lainnya. Saat di tingkat SD-SMP, Agung melukis dengan krayon melalui media kertas karton. Ia kemudian belajar melukis di atas kanvas. Melalui imajinasinya ia belajar otodidak melukis sketsa wajah. Orang tua, teman-teman maupun gurunya, kerap meminta Agung melukis wajah mereka. Sebagaimana anak seumurnnya, Agung termasuk anak yang manja. Kadang kala saat berlatih, ia suka tidak mood. Untuk membangkitkan mood latihan, Agung kerap minum susu coklat, salah satu minuman favoritnya. Dalam mengajarkan Agung teknik melukis, pihaknya melakukan dengan cara komunikasi total, yakni dengan menggunakan bahasa isyarat, bahasa bibir (ucapan) dan juga bahasa getar. Perlu kesabaran memang, tapi sekarang orang tua maupun guru bangga bisa mengembangkan bakat dan minat anak didiknya tersebut. \"Ini juga sebagai pelajar kepada para orangtua agar tidak malu memiliki anak yang memiliki keterbatasan, karena di balik itu pasti dia memiliki kelebihan. Jadi jangan disembunyikan dan jangan malu. Karena kalau ditangani sejak kecil, itu bisa dibantu melalui terapi-terapi dan pengajaran khusus,\" katanya. Setiap anak memiliki bakat yang harus digali. Namun memang bakat seseorang itu, bergantung kepada anak tersebut. \"Kalau di SLB sendiri kan lebih kepada life skill-nya, jadi kita membuka ruang kepada anak-anak untuk mengkreasikan bakatnya. Ada yang di bidang musik, menjahit, melukis dan sebagainya,\" ujarnya. (*/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: