Argasunya Darurat Jamban

Argasunya Darurat Jamban

Walikota-Dewan Asyik Ribut, Warga Dilupakan? Masih banyaknya rumah yang belum memiliki jamban atau kamar mandi di Kelurahan Argasunya, seharusnya menjadi prioritas utama Pemerintah Kota Cirebon, daripada sibuk ribut persoalan dan intrik politik. Apalagi persoalan itu terkait pembahasan APBD 2016. Warga Kota Cirebon tentu berharap persoalan pembahasan APBD antara eksekutif dan legislatif itu, tidak sampai mengorbankan kepentingan masyarakat. \"coverstory\"PRAKTISI pendidikan yang juga pengamat pemerintahan, Drs A Halim Falatehan mengungkapkan kondisi pembangunan di Kota Cirebon belum sepenuhnya merata. Padahal dalam PP No 70/2010, pemerataan pembangunan di kelurahan dan kecamatan sudah menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah. \"Dalam PP 17/2010 peranan pemerintah daerah harus melakukan pemeratan di Kelurahan dan Kecamatan, termasuk di Argasunya. Pemerintah Kota Cirebon belum bisa melaksanakan itu, dan mungkin tidak memiliki kebijakan ke arah sana,\" ucap Halim kepada Radar, Rabu (17/11). \"grfs-argasunya\"Pemerataan pembangunan bisa diukur dari kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di suatu kelurahan, baik dari sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Dari sektor kesehatan, masyarakat Argasunya dikategorikan masih banyak yang belum memiliki jamban. Akibatnya, masyarakat buang air besar atau kecil biasanya langsung ke kali atau sungai, ada pula yang buang air besar di kebun. Berdasarkan data dari Kelurahan Argasunya, setidaknya ada sebanyak 423 rumah yang tidak memiliki jamban. Lurah Argasunya, Masduri menyebutkan, faktor ekonomi dan juga kebiasaan masyarakat turun temurun menjadi salah satu penyebabnya. \"Di Argasunya masih banyak rumah yang tidak memiliki jamban. Karena faktor kemampuan ekonomi dan juga kebiasaan masyarakat sejak dulu. Memang ada program Sanimas, tapi masih belum bisa menjangkau seluruh warga,\" terang Masduri. Ia mengakui, memang ada program sanitasi masyarakat (sanimas) untuk Kelurahan Argasunya. Hanya saja, baru ada di Sumur Wuni, Kedung Krisik dan juga Cadas Ngampar. Dia berharap ada program pembangunan jamban setiap rumah. Karena program sanimas hanya digunakan untuk masyarakat terdekat saja. Sementara yang jauh dari lokasi tidak memanfaatkan sanimas. \"Kalau sanimas kan sifatnya komunal, digunakan oleh masyarkat di sekitar saja. Kita ingin ada program pembangunan jamban di tiap rumah, karena masih banyak masyarakat yang belum punya jamban,\" sebutnya. Dari 423 rumah yang belum memiliki jamban itu, paling banyak terdapat di RW 8 Kopiluhur. Di Kopiluhur, terdapat sekitar 197 rumah yang belum memiliki jamban. \"\"Di rumah gak ada jamban. Jadi kalau buang air ke kebon atau ke kali,\" tutur Kartini, warga RW 8 Kopiluhur. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu, tidak memiliki cukup uang untuk membangun jamban. Hal itu karena dia hidup seorang diri di rumah. Untuk kebutuhan air untuk mencuci dan mandi. Dirinya harus mengambil air ke sumur dan fasilitas MCK yang berada di lokasi musala dekat rumahnya. Fasilitas itu sejatinya digunakan untuk keperluan berwudhu bagi warga yang akan beribadah. Namun kerap kali digunakan untuk mandi oleh warga yang tidak memiliki jamban di rumahnya. \"Inginnya sih kita punya WC sendiri, tapi biaya dari mana? Suami saya juga gak ke sini-sini karena dimadu, ya susah,\" timpal Maemunah, warga RW 8 Kopiluhur lainnya. Untuk buang air, Maemunah pun ikut ke rumah anaknya yang sudah memiliki jamban. \"Ya kalau malem-malem mau buang air, terpaksa gedor-gedor pintu rumah anak, kadang juga ikut mandi di tempat mandi musala,\" kata Maemunah. Hal yang sama juga dialami Rokani dan Nengsih. Warga RW 4 Surapandan ini mengatakan, sudah lama dirinya tidak memiliki jamban. Bahkan sejak pembangunan rumah itu pun dirinya tidak memiliki jamban. Biasanya, dia buang air, mandi, mencuci di kali yang tidak jauh dari rumahnya. \"Udah bertahun-tahun gak punya jamban. Boro-boro buat jamban, makan aja ngutang,\" ungkap Rokani. Rumah itu setidaknya sudah berdiri hampir 11 tahun. Kebiasaan mencuci, mandi dan buang air memang sudah menjadi kebiasaan sejak dirinya kecil. \"Ya memang sudah kebiasaan juga,\" tuntasnya. (jamal suteja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: