Newmont: Belum Ada Kesepakatan
Bantah Saham Mayoritas Sudah Dibeli Arifin Panigoro JAKARTA- Kabar pembelian 76 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) oleh taipan Arifin Panigoro yang dihembuskan Menko bidang Maritim Rizal Ramli belum tentu benar. Indikatornya, PT NNT belum mengakui adanya kesepakatan bisnis, dan Kementerian ESDM tidak kunjung menerima informasi mengenai pembelian itu. Group Executive Newmont Mining Corporation (NEM), Omar Jabara, mengatakan, pihaknya memang membuka diri terhadap perusahaan yang ingin membeli aset-aset Newmont. Tanpa menyebut siapa atau perusahaan mana yang berminat, Omar mengatakan sudah banyak yang mengirimkan proposal. Namun, belum ada titik temu. “Hingga saat ini, belum ada pembahasan terkait pembelian aset Newmont yang memenuhi kriteria,” ujarnya melalui pesan singkat, kemarin. Dia memastikan belum ada yang sesuai kriteria karena sudah melihat proposal yang masuk. Omar menegaskan Newmont selalu mempertimbangan proposal dengan matang. Di kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Mohammad Hidayat menegaskan ada proses yang masih ditunggu. Yakni, penyampaian secara formal kalau Arifin Panigoro telah mengakuisisi saham Newmont. ”Sampai saat ini belum disampaikan ke pemerintah,” terangnya. Menurutnya, tata cara itu penting karena Newmont terikant kontrak karya (KK) dengan pemerintah. Jadi, meski dilakukan secara langsung oleh pebisnis, pelaporan ke Kementerian ESDM khususnya Ditjen Minerba tidak boleh dilewatkan. “Mana mungkin (tanpa ESDM), Newmont kontraknya dengan pemerintah. Tidak bisa diputuskan begitu saja,” tegasnya. Dia juga tidak habis pikir dengan pernyataan Rizal Ramli dan Arifin Panigoro yang berencana membangun smelter sendiri. Kalau bisa diwujudkan memang bagus, tetapi izin ekspor yang dimiliki Newmont hanya berlaku 6 bulan terhitung November 2015. Nah, kalau membangun sendiri disangsikan bisa cepat. Seperti diketahui, saat ini Newmont sedang bekerjasama dengan Freeport untuk membangun smelter. Kalau jadi bangun sendiri, Kementerian ESDM akan melihat betul niat itu. Jika hanya isapan jempol, maka Newmont bisa kembali kehilangan hak ekspor. “Makanya kenapa Newmont nempel ke Freeport? karena mereka berharap Freeport selesai bangun dan dia punya hak untuk ekspor. Kalau dia mau ambil sekarang, berapa lama bangun smelter. Menentukan lokasi pabrik saja lama,” jelasnya. Rizal Ramli sendiri yakin apa yang dia sampaikan soal rencana pembelian saham oleh Arifin Panigoro bukan kesalahan. Itulah kenapa, dia tidak meralat pernyataannya. Malah, dia yakin proses yang diambil Arifin tanpa melapor Kementerian ESDM sudah benar. “Ini business to business,” jawabnya singkat. Arifin Panigoro sendiri tidak mau menjelaskan bagaimana situasi yang sebenarnya terjadi. Sebab, telepon maupun SMS yang disampaikan Jawa Pos (Radar Cirebon Group) kepadanya tidak direspons. Sumber Jawa Pos di Kementerian ESDM ragu kalau deal antara Arifin Panigoro dan Newmont sudah terjadi. Malah, informasi yang dia peroleh menyebut kalau Rizal Ramli offside dalam memberi informasi. Harusnya, rencana itu tidak disampaikan terlebih dahulu ke media. “Berpotensi melanggar aturan juga kalau Medco yang ambil alih. Saham digoreng, kemarin naik gara-gara itu,” katanya. (dim/gen)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: