Ronggeng Kemprongan Pukau Mendikbud

Ronggeng Kemprongan Pukau Mendikbud

KUNINGAN - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Anis Baswedan membuka workshop tenaga kesenian se-Jawa di Hotel Horison, Minggu malam (6/12). Selain workshop, acara yang digagas Dirjen Kebudayaan Kemendikbud tersebut juga ditampilkan seni ronggeng dari 11 daerah di Pulau Jawa. Kabupaten Kuningan sendiri mempersembahkan seni Ronggeng Kemprongan yang dibawakan grup seni ronggeng dari Desa Sidaraja, Kecamatan Ciawigebang. Penampilan seni ronggeng tersebut cukup memukau dan mendapat aplaus dari undangan termasuk Mendikbud. Hadir dalam acara tersebut Wabup H Acep Purnama SH MH, Kadisdikpora Drs Asep Taufik Rohman MPd dan seniman kawakan dari Bandung, Gugum Gumbira. Saat membuka acara, Anis meminta agar seni tradisional seperti ronggeng ini dilestarikan dan dikemas lebih baik lagi dalam penampilan agar menjadi tontonan masyarakat. “Saya sangat terkesan dengan seni ronggeng ini. Ke depan harus ada upaya dalam pengemasannya supaya lebih diterima masyarakat,” kata Mendikbud dalam sambutan singkatnya. Sementara Kepala Dinas Pariwisawa dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kuningan, Drs Teddy Suminar MSi mengatakan, pementasan seni ronggeng dan workshop ini seharusnya dilangsungkan di Kabupaten Majalengka. Namun karena keterbatasan sarana, akhirnya dipilih Kabupaten Kuningan sebagai lokasi kegiatan. “Awalnya dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud sudah ditentukan bahwa lokasi workshop dan pementasan seni tradisional (ronggeng) di Kabupaten Majalengka. Tapi kemudian dialihkan ke sini (Kuningan, red) karena dianggap memiliki fasilitas penunjang yang memadai. Akhirnya acara diselenggarakan di Hotel Horison Sangkanurip,” jelas Teddy kepada Radar, kemarin. Dia menerangkan, untuk workshop diikuti 200 tenaga kesenian dari seluruh Pulau Jawa. Tenaga kesenian ini diberi pemahaman tentang pentingnya melestarikan kesenian tradisional di wilayahnya masing-masing. Sehingga ke depannya bisa menjadi tontonan bagi wisatawan yang datang berkunjung. Kemudian juga diharapkan kesenian tradisional menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. “Workshop ini merupakan kegiatan dari Dirjen Kebudayaan. Kami hanya kebagian tempatnya saja,” ungkap dia. Soal pementasan seni ronggeng, sambung dia, sengaja dilakukan untuk menghilangkan kesan negatif terhadap kesenian tersebut. Selama ini ada anggapan kurang bagus di tengah masyarakat terhadap seni ronggeng. Padahal kesenian peninggalan leluhur itu mempunyai nilai filosofis yang tak ternilai harganya. “Tujuannya untuk menghilangkan konotasi negatif dari seni ronggeng. Selain itu juga sebagai upaya membangkitkan gairah untuk melestarikan dan menampilkan seni ronggeng dengan kemasan baru kepada masyarakat. Makanya ada 11 daerah di Pulau Jawa yang mengirimkan grup kesenian ronggeng untuk tampil di sini,” beber Teddy. Teddy juga memaparkan Kabupaten Kuningan harus bangga memiliki seni Ronggeng Kemprongan yang berasal dari Desa Sidaraja. Seni ini tidak kalah dengan seni Ronggeng Kedemplingan dari Kabupaten Majalengka. “Ada yang membedakan seni Ronggeng Kemprongan dengan Kedempling. Kemprongan bisa disebut sebagai cikal bakal seni ketuk tilu dan jaipongan. Malah Kemprongan lebih rumit dibanding seni ronggeng Gunung dari Ciamis. Hanya saja dalam perjalanannya, Kemprongan kalah popular dari Kedempling dan Ronggeng Gunung, sehingga kurang dikenal oleh masyarakat luas,” paparnya. Menurut dia, Kemprongan awalnya hanya digelar di saat bulan purnama oleh penduduk desa. Seni ini bisa disebut sebagai media pergaulan bagi masyarakat di pedesaan kala itu. “Awal mulanya seni Ronggeng Kemprongan itu tidak lepas dari kebiasaan masyarakat di pedesaan. Saat belum ada listrik, seni ini sering digelar. Biasanya di alun-alun desa dan saat terang bulan. Namanya juga tari pergaulan. Tidak jauh beda dengan Seni Tayub yang ada di Kecamatan Subang,” pungkasnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: