Demo IMM Ricuh
Bentrok Fisik dengan Petugas, Pot Bunga Rusak KUNINGAN - Aksi demonstrasi puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Kuningan di Gedung DPRD Kuningan berlangsung ricuh, kemarin (8/12). Sejumlah massa sempat terlibat kontak fisik dengan aparat keamanan yang tengah bertugas mengamankan unjuk rasa. Diduga, kericuhan itu dipicu oleh aksi pembakaran keranda mayat sebagai alat perangkat aksi. Awalnya, aksi berjalan tertib dengan pengawalan ketat aparat keamanan. Beberapa mahasiswa sempat menaiki pagar gedung rakyat untuk melakukan orasinya sebelum memasuki halaman gedung DPRD Kuningan. Dalam orasinya, satu persatu menyampaikan aspirasinya yang mengkritisi soal kinerja anggota dewan bahkan sempat mengkritik juga soal visi misi Kuningan Mandiri Agamis Sejahtera (MAS). “DPRD sebagai wakil rakyat harus menjunjung tinggi kode etik anggota dewan dan menjadi suri tauladan yang baik bukan menyalahgunakan wewenang,” tegas Ketua IMM Kuningan, Eka Hamdanu dalam orasinya. Di tengah orasi, mahasiswa sempat membakar keranda mayat yang dibawa sebagai alat perangkat aksi. Petugas pun dengan sigap langsung berupaya memadamkan api tersebut. Namun, mahasiswa kembali mencoba membakar keranda mayat itu hingga mengobarkan api cukup besar. Melihat hal itu, petugas kembali memadamkan api dengan alat pemadam. Karena tidak mau dipadamkan, massa mencoba menghalangi petugas yang hendak memadamkan api. Dari situlah kontak fisik antara mahasiswa dengan petugas tidak terbendung. Hingga petugas menarik beberapa mahasiswa keluar dari barisan aksi untuk diamankan. “Kita menyuarakan aspirasi rakyat. Jadi teman-teman jangan sampai terprovokasi. Gerakan kita murni dari rakyat, penyambungnya dari mahasiswa. Saya yakin bapak juga menginginkan keadilan, bapak menginginkan kejujuran dan kebenaran,” koar salah seorang massa aksi, Deni. Di tengah kericuhan itu, salah satu pot bunga berukuran cukup besar yang dipajang di depan gedung terkena imbas. Akibatnya, pot bunga berukuran jumbo itu rusak terbelah menjadi beberapa keping. Setelah dimediasi, puluhan mahasiswa itu akhirnya diterima oleh pimpinan dewan untuk beraudiensi. Dua pimpinan yang menerima mereka, yakni Drs Toto Suharto SFarm Apt, dan Hj Kokom Komariyah. Hadir pula H Dede Ismail, Herawati dan H Badriyanto. DESAK TRANSPARANSI APBD 2016 Dalam orasi dan dialognya, IMM mendesak kepada pemerintah agar bersikap transfaran terkait pelaksanaan APBD 2016. Eka Hamdanu selaku ketuanya mendesak agar para wakil rakyat berperan aktif dalam memerangi dan memberantas korupsi. Dia juga mendesak DPRD untuk mengedepankan asas transfaransi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan APBD 2016 yang baru disahkan. “Momentum Hari Anti Korupsi sedunia, menjadi harapan masyarakat begitupun mahasiswa demi terwujudnya pemerintahan yang baik. Kami berperan sebagai kontrol sosial, kami siap mengawal kinerja anggota dewan bahkan kita siap bersinergi, siap memberikan kritik demi membangun Kuningan lebih baik,” tegasnya. Kepada Badan Kehormatan (BK) DPRD, IMM juga mendesak untuk memberikan sanksi tegas kepada anggota yang melanggar kode etik. Kinerja wakil rakyat ini harus mengedepankan kepentingan publik, bukan hanya kepentingan pribadi maupun golongan, agar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat Kuningan. “Atas sikap represif petugas, kami merasa kecewa. Karena ada beberapa teman kami yang terluka akibat kontak fisik yang terjadi,” ungkapnya. Sementara, Korlap aksi, Deni menandaskan, IMM akan terus mengontrol pelaksanaan APBD 2016. Jika tidak ada pengawasan, dikhawatirkan legislatif maupun eksekutif melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan yang sudah disepakati. “Kalau sampai melakukan hal itu, maka jangan salahkan ketika kami akan melakukan aksi lagi dengan jumlah yang lebih besar,” ancamnya. Pihaknya juga menginginkan transparasi yang selama ini pelaksanaan APBD 2016 itu dinilai tidak terlalu terbuka. “Tujuan kita menyambut Hari Anti Korupsi menginginkan ketegasan dari DPRD Kuningan terkait kebijakan-kebijakan mereka yang terkadang harus kita kontrol. Kita mahasiswa, kita idealis gerakan kita murni dari rakyat,” tandas Deni. Pimpinan Dewan, Kokom Komariyah menyikapi dengan baik tuntutan yang diminta IMM. Secara garis besar, Kokom mewakili anggota dewan lainnya sepakat dengan isi tuntutan yang dibawa para mahasiswa seperti agar DPRD berperan aktif dalam pemberantasan dan memerangi korupsi. “Kami sangat setuju dan mari bersama-sama mewujudkan hal tersebut. Karena, fungsi di antara teman-teman mahasiswa sebagai sosial kontrol adalah kritik konstruktif, kritik yang membangun. Justru saya sempat menyampaikan kepada beberapa organisasi mahasiswa, bahwa fungsi DPRD sendiri salah satunya adalah pengawasan,” ucapnya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: