Ryan si Penjagal, Pandai Tari Topeng Cirebon
CIREBON – Ada dua penari pria melenggak-lenggok menyambut kedatangan Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sihabudin. Salah satu dari penari itu adalah Very Idham Henyansyah atau Ryan. Penjagal asal Jombang, Jawa Timur yang menjadi terpidana mati kasus pembunuhan berantai itu menyuguhkan pertunjukan tari topeng khas Cirebon di Lapas Kelas 1, Kesambi Baru, Kota Cirebon, Kamis (16/2). Dalam pertunjukan yang cukup singkat itu, Ryan tampak menikmati tariannya, menggunakan kostum kuning, ia menunjukkan kepiawaiannya dalam seni tari. Di penghujung pertunjukan, Ryan mempersilakan mantan Kalapas Kesambi Kesambi itu untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Namun sikap santai saat menari berubah ketika para wartawan mendekati dirinya. Ia pun langsung berlari menuju sebuah ruang kesehatan, tanpa peduli dengan pertanyaan wartawan. Bahkan partner menarinya pingsan karena kecapean pun, dirinya tidak menggubris dan langsung menutup pintu ruang tersebut. Roro Dwi Agustin, Kepala Seksi Binmas Lapas Kesambi menuturkan, penanpilan tari topeng tersebut memang sengaja dipersiapkkan pihaknya untuk menyambut Dirjen. “Kebetulan memang Ryan pandai menari. Dulu sebelum masuk Lapas juga Ryan sempat menari di Taman Mini Jakarta,” ungkapnya. Roro mengatakan, Ryan berlatih selama satu bulan untuk pertunjukan tersebut. Ryan juga aktif dalam menekuni berbagai aktivitas. “Aktif di bidang kerohanian, karena memang dulu dia ditopang dengan background sekolah di jurusan Ilmu Dakwah. Tak hanya itu, dia juga aktif di olahraga bulutangkis dan bola volli,” tandasnya. Namun, lanjut Roro, kondisi psikologi Ryan memang sulit diterka. Pihaknya juga sangat berhati-hati ketika berkomunikasi dengan Ryan. “Kalau kami sengaja menanyakan hal yang ada sangkut pautnya dengan masa lalu kehidupannya, kami sangat berhati hati. Kadang memang dia juga suka curhat, namun sebatas cerita saja, kami juga tidak bisa mengorek terlalu dalam apa yang tengah dia rasakan,” paparnya. DIRJEN KUNJUNGI BENGKEL LAPAS Di Lapas Kelas 1 Kesambi, Dirjen Kemenkumham, Sihabudin mengunjungi bengkel kerja permasyarakatan. Kunjungan tersebut untuk memotivasi, kreativitas dan produktivitas bengkel kerja lapas. Kapala Seksi Hubungan Masyarakat, Lapas Kelas 1, Kesambi Baru, Kota Cirebon, Akbar Hadi menuturkan, kunjungan tersebut mengacu pada program unggulan lapas, yakni membanggun sistem data base permasyarakatan, layanan berbasis IT, dan bengkel kerja permasyarakatan bangkit. “Nah kunjungan sekarang untuk meningkatkan motivasi para penghuni lapas dalam mengembangkan kreativitas dan produktivitas mereka, selama menjalani keseharian di dalam lapas,” ungkapnya. Pantauan Radar, beberapa bidang produksi di bengkel tersebut di antaranya bidang pemintalan dan penenunan, produksi pelampung, produksi pembuatan jaring ikan, produksi perkayuan, produksi bola, produksi anyaman rotan, produksi keset halus, dan penjahitan. Ketika memasuki area penenunan kain, Sihabuin mengatakan, mesin tenun ini beroprasi mulai dari tahun 1928. “Tadinya tahun 2004 ada 51 mesin, sekarang tinggal 47 mesin, karena memang onderdil mesin jarang,” ujarnya. Sihabudin terlihat tidak canggung ketika memasuki area mesin tenun yang mengeluarkan suara keras. Direktur Infokom, Murdianto menuturkan beberapa kegiatan produktif di dalam lapas memang sudah ada sejak lama, namun gaungnya belum sampai ke telinga masyaraktat. “Mungkin ini salah satu kekurangannya, karena kegiatan di dalam lapas memang tidak banyak yang tahu. Di sini para penghuni lapas mengikuti kegiatan sesuai dengan minat bakat mereka. Tidak hanya di bengkel produksi ini saja, akan tetapi masih banyak kegiatan lain seperti bidang olahraga, kesenian, dan kerohanian,” ujarnya. Murdianto mengatakan, hampir semua lapas sudah memiliki bengkel tersendiri untuk menggali potensi yang dimiliki para napi. Akan tetapi, untuk tahun 2012 ini, aktivitas bengkel akan semakin ditingkatkan. Pasalnya bengkel akan didanai oleh pemerintah. “Di Indonesia tercatat ada 428 lapas, untuk satu provinsi akan akan dianggarkan sekitar Rp500 juta. Nanti pembagian dananya tidak dipukul rata, melainkan mengacu pada pengajuan dan hasil yang bisa dipantau,” paparnya. (atn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: