Pihak RM: Kalau Dibuka, Geger!

Pihak RM: Kalau Dibuka, Geger!

Pernah Ada Pertemuandi Rumah Priatmo Adji, Jangan Bocor ke Media CIREBON- Pihak keluarga Renel Mareta (RM) kembali angkat suara soal banyaknya tudingan negatif kepada majelis pengajian yang dipimpin RM. Orang tua RM, H Fatah, mengatakan keluarganya adalah pihak yang seharusnya menjadi korban dalam kasus ini. Saat ini, kata Fatah, opini dan stigma masyarakat kepada keluarganya, khususnya kepada RM, sudah negatif. “Sekarang semuanya bilang korban. Sebenarnya yang jadi korban siapa? Saya belum lihat mana korbannya. Kalau korban, apa yang dirugikan? Kan tidak jelas, malah kita yang jadi korban,” papar Fatah kepada Radar melalui sambungan telepon selular, kemarin. Fatah mengaku sudah meminta anaknya untuk membuka semua alasan kenapa anak-anak lebih nyaman bersama RM ketimbang bersama keluarganya. Menurutnya, rata-rata anak yang datang kepada RM adalah mereka yang punya masalah di keluarganya. “Kalau mau buka-bukaan, saya buka semua dan pasti geger. Kalau saya sampaikan masalah anak-anak di tiap keluarga, pasti heboh. Tapi anak saya (RM, red) masih larang, gak boleh. Ya sudah, mau bagaimana lagi,” paparnya. Sementara itu, munculnya isu negatif soal majelis RM ternyata bukan barang baru. Mantan anggota DPRD Kota Cirebon Priatmo Adji mengatakan isu ini sudah ia ketahui sekitar setahun lalu. Itu setelah adanya keresahan orang tua siswa terkait anak-anak mereka yang mengikuti majelis yang dipimpin RM. “Keluhan orang tua hampir sama, terutama soal perilaku anak-anak mereka setelah mengikuti majelis itu,” ujar Adji yang ditemui di salah satu SMA di Kota Cirebon, kemarin. Pengajian ini menjadi heboh, kata Adji, setelah keluhan beberapa wali murid. Apalagi jumlahnya menjadi banyak, bahkan sekitar 18 orang wali murid yang mengeluhkan hal yang sama. Berangkat dari keluhan tersebut, ia kemudian menyampaikan kepada pihak sekolah. Akhirnya beberapa kali antara pihak orang tua, komite dan para wali murid mengadakan pertemuan, termasuk pertemuan di rumah Priatmo Adji pada tangga 21 November 2015. Di situ, sambung Adji, para orang tua mengeluarkan unek-uneknya atas apa yang terjadi pada anak-anak mereka. “Kalau menurut keterangan orang tua, yang paling parah itu sampai ada sesi menonton video dan foto tertentu, juga pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke arah pelecehan seksual,” imbuh Adji. Disinggung menganai kondisi anak-anak atau siswanya pasca dibubarkannya majelis tersebut, Adji mengatakan ada perubahan yang lebih baik. “Mulai sekarang tidak ada lagi kumpul-kumpul, kecuali mengerjakan tugas sekolah. Kalau ada, langsung kitas suruh pulang. Setiap hari ada dua guru piket sampai sore,” beber Adji. Adji pun mengaku menerima informasi bahwa majelis ini masih ada dan tempatnya berpindah-pindah. Bahkan konon diadakan di mall ataupun tempat-tempat ramai. “Kita melihatnya ini berbahaya sekali. Anak-anak seperti dicuci otaknya, melawan kepada orang tua, juga malas belajar. Bahkan ada yang berani memukul orang tuanya. Kalau laporan dari orang tua, anak-anak sembunyi-sembunyi diduga masih bertemu dengan ustadnya,” katanya. Terpisah, koordinator Ormas Almanar Andi Mulya mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan bahan-bahan untuk pertemuan dengan pihak MUI, termasuk memastikan para korban dan pihak orang tua untuk hadir langsung. “Selain itu kita juga punya rekaman, salah satu isinya rekaman bagaimana ustad tersebut menjelek-jelekkan orang tua siswa,” ujar Andi. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: