Ujicoba, Jatigede Lancar Kirim Air

Ujicoba, Jatigede Lancar Kirim Air

Tahap Uji Coba, Petani Cirebon, Indramayu,dan Majalengka Bakal Terbantu SUMEDANG- Pasokan air untuk kebutuhan pertanian di Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, ke depan bakal lebih baik. Harapan ini, setidaknya dengan adanya Waduk Jatigede di Sumedang. Seperti diketahui, sebaran air dari waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Jatiluhur itu akan menyebar hingga Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Kini, tahap pembangunan waduk dengan daya tampung 980 juta meter kubik tersebut sudah memasuki tahap finishing. Diperkirakan akhir 2016 ini pembangunan sudah selesai, sehingga saat dioperasikan pada awal 2017 sudah tidak ada kendala. Nah, untuk memastikan bangunan dan infrastruktur pendukung bekerja dengan baik, setiap hari mulai bulan Desember 2015, pihak pengelola Waduk Jatigede sudah melakukan uji coba dengan mengalirkan air dengan debit tertentu.Termasuk kemarin, saat koran ini berkunjung ke Waduk Jatigede, juga sedang dilakukan ujicoba. Sekitar pukul 17.30, uji coba dimulai. Ketua PPK Pelaksana Waduk Jatigede, Harya Muldianto mengatakan uji coba tersebut sekaligus untuk menjajal dan mengecek sistem kerja peralatan yang nantinya akan dipergunakan untuk operasional Waduk Jatigede secara normal pada 2017. “Kita alirkan air per harinya rata-rata 12 jam. Kita uji coba mulai pukul jam 18.00 WIB selama proses uji coba. Tapi hari ini (kemarin) kita mulai uji coba pukul 17.30,” ujarnya kepada Radar. Nantinya, Jatigede hanya akan digunakan untuk mengairi satu sistem, yakni mengairi bendung rentang di Majalengka yang jaraknya sekitar 30 Km dari Jatigede. Air dari Jatigede sendiri nantinya akan dialirkan melalui Sungai Cimanuk. “Maksimum debit air yang bisa kita alirkan jika Jatigede terisi full adalah 73 meter kubik per detik. Itu maksimumnya,” imbuhnya. Menurut Harya, inflow tahunan dari DAS (daerah aliran sungai) Jatigede sebesar 2,5 miliar kibik per tahun, yang ditahan di Jatigede sebanyak 980 juta meter kubik. Sisanya sebesar 1,7 miliar kibik per tahun akan tetap dialirkan atau dilepaskan ke Sungai Cimanuk secara normal. “Kita menjamin Bendung Rentang Majalengka tidak kekurangan air. Irigasi di wilayah rentang seluas 90 ribu hektare itu kita jamin airnya,” tuturnya. Tugas Jatigede sendiri hanya menyuplai air ke bendung rentang, sementara untuk penyalurannnya ke beberapa daerah seperti Cirebon, Indramayu, dan Majelengka nantinya diatur oleh balai di bendung rentang sesuai dengan hasil musyawara pihak-pihak terkait, termasuk para kepala daerah. “Tentu sudah ada ketentuannya. Biasanya nanti ada rapat koordinasi untuk penetuan. Seperti awal masa tanam. Selain itu, Jatigede juga akan melihat sejauh mana kebutuhan bendung rentang. Kapan pun mereka butuh, kita kirim,” paparnya. Namun, tambahnya, keberadaan Jatigede tidak akan maksimal mengatasi musim kemarau jika infrastruktur di daerah irigasi bendung rentang tak maksimal. “Misalnya ada beberapa saluran irigasi yang terkena sedimentasi, atau salurannya mampet. Nanti air tidak akan sampai ke daerah yang paling ujung. Jadi infrastukturnya juga harus dibenahi, supaya para petani bisa merasakan langsung manfaatnya,” tandasnya. Percepat Masa Tanam Sementara itu, Indonesia sudah masuk musim penghujan. Namun curah hujan pada musim kali ini tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kemarau panjang akibat dampak El Nino pun diproyeksi berlanjut hingga 2016. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan pemerintah mewaspadai pergeseran musim penghujan tahun ini. Karena itu, salah satu langkah yang diambil adalah mempercepat musim tanam padi. “Januari-Februari ini kita akselerasi,\" kata dia setelah rapat di Kantor Wakil Presiden kemarin (12/1). Menurut Amran, akibat kemarau panjang tahun lalu, musim tanam ikut bergeser. Karena itu, mumpung saat ini sedang musim penghujan, pemerintah akan memobilisasi petani untuk segera menanam padi dengan menyesuaikan waktu pemberian benih maupun pupuk subsidi. “Jadi yang sudah ada air, (sawahnya) ditanami dulu,\" katanya. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menambahkan, langkah antisipasi harus diambil untuk berjaga-jaga jika musim kemarau dan penghujan yang tidak normal. Selain percepatan masa tanam untuk memanfaatkan air hujan, juga melalui pembagian pompa air kepada petani. “Intinya, bagaimana agar petani tetap dapat menanam saat kemarau,\" ucapnya. Sementara itu, gangguan musim tanam juga membuat pemerintah bersiap mengamankan pasokan beras melalui impor. Amran menegaskan, stok cadangan beras nasional saat ini masih ada 1,2 juta ton atau dalam level aman. Karena itu, impor dilakukan sebagai opsi cadangan jika produksi padi nanti tak sesuai target. \"Sampai akhir tahun, beras impor juga masih sebatas dipakai cadangan saja,\" jelasnya. Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama pemerintah terus berkoordinasi memantau perubahan iklim di 2016. Tindak lanjut ini sebagai antisipasi gangguan segenap kegiatan masyarakat khususnya dalam tanam pangan. “Ada beberapa skala waktu yang kita monitor, agar tahu kapan tepatnya harus menanam dan jenis tanamannya apa,\" kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono R. Prabowo. BMKG memprediksi Indonesia diperkirakan memasuki puncak musim penghujan pada Januari-Februari 2016. Meski, curah hujan ini tidak merata, khususnya di wilayah Riau dan sebagian wilayah Kalimantan mengalami kekeringan. Menurutnya, dalam kalender tanam informasi terkait hal tersebut akan terdeteksi. Sehingga, petani dapat menyesuaikan jadwal tanamnya. Khususnya pada wilayah sentra produksi pangan. Pada wilayah barat Indonesia bagian selatan khatulistiwa diperkirakan hingga Juni 2016 masih mengalami musim penghujan meski tidak menyeluruh. Selanjutnya, diikuti dengan musim kering. ”Transisi ini juga perlu diwaspadai dengan banyaknya bencana putting beliung dan longsor,” tuturnya. Prabowo menjelaskan bahwa untuk wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa tidak terlalu terdampak el-Nino, sehingga pihaknya meminta untuk memfokuskan pada bagian utara. Selanjutnya, pada September atau Oktober, atau menjelang di akhir tahun 2016 akan masuk musim hujan dibarengi La Nina. (dri/owi/lus/agm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: