Gowes Sepeda, Jajakan Sandal Kebarepan Hingga Majalengka

Gowes Sepeda, Jajakan Sandal Kebarepan Hingga Majalengka

Nurdiyanto Tak Patah Semangat Bantu Orang Tua Usianya masih sangat belia, namun Nurdiyanto (13) tidak mau berdiam diri. Bocah kelas VI SDN 1 Kebarepan Kecamatan Plumbon ini tidak malu menjajakan sandal untuk membantu perekonomian keluarganya. Nur Via Pahlawanita, Plumbon SAAT anak-anak seusianya berlarian sambil bermain di lapangan terbuka, Nurdiyanto justru tak berhenti menggowes sepedanya. Bukan untuk bermain sepeda, tapi bocah yang akrab disapa Kacung ini berkeliling menjajakan dagangannya. Di bagian keranjang sepedanya penuh dengan sandal-sandal produksi Desa Kebarepan Kecamatan Plumbon. Dengan keringat yang bercucuran, kecamatan demi kecamatan pun dilintasinya. Setiap orang yang ditemuinya ditawari sandal produksi khas desanya itu. Setiap hari, usai pulang sekolah, Kacung mulai menggowes sepedanya. Kacung membantu mencari nafkah karena tidak tega melihat kondisi perekonomian keluarganya. \"Awalnya sih bantu ibu jualan. Akhirnya saya berkeinginan sendiri untuk mencoba dagang. Buat apa malu? Yang penting itu halal. Saya menjalaninya sudah mau tiga tahun,\" ujarnya saat dijumpai di kediamannya di blok Kadingwangsan RT 02 RW 04 Desa Kebarepan. Anak ketiga dari pasangan Trimo (63) dan Munari (50) terus menggowes sepedanya dari Plered, Sumber, Ciwaringin hingga Kadipaten Majalengka. Pernah suatu ketika Kacung sudah menggowes sepedanya, namun sama sekali tidak menghasilkan rupiah. “Alhamdulillah sekarang langgan sudah lumayan. Sekali dagang bisa habis 2,5 kodi pasang sandal,” ujarnya. Kacung percaya, di luar sana, masih banyak orang yang menyayanginya. Ini terbukti dengan banyaknya pembeli yang tidak segan untuk tidak mengambil uang kembalian. Ia pun mengaku dagangannya pernah diborong Ketua DPRD Kabupaten Cirebon H Mustofa SH hingga Bidan Desa Waruroyom. \"Sering pembeli nggak mau dikasih kembalian. Mungkin karena kasihan kali ya? Pernah beli sandal cuma satu harganya Rp10 ribu, eh ngasih duitnya Rp50ribu, dan kembaliannya nggak mau diambil. Terus bidan juga ada, sambil membeli, si bidan juga ngasih uang ke saya Rp500ribu, katanya buat zakat. Padahal saya menolak, tapi mau bagaimana lagi,\" kenangnya. Dalam sepekan, Kacung hanya berjualan selama empat hari. Karena Kacung harus menunggu barang jadi sandal di pabrik langganannya. Sandal yang ia jajakan berjumlah 5 kodi dengan harga relatif murah dari Rp5.000, 7.500, 10.000 dan 12.500 per pasangnya. \"Lumayan keuntungannya bisa Rp100ribu lebih, kadang Rp150ribu juga. Hasil jualan ini sebagian saya kasih ke orang tua, sebagian buat jajan dan sebagian lagi buat ditabung,\" tukas Kacung yang bercita-cita jadi pengusaha ini. Ayah Kacung, Trimo mengaku bangga dan salut pada anaknya. Anaknya tak pernah putus asa meski kadang halangan dan rintangan ada. \"Anaknya wekel mau bantu kami. Dia juga semangat. Pernah rantai ban sepeda putus dan jualan belum laku kacung tetap semangat, saat hujan juga dia berangkat jualan,\" ujarnya. Tetangga Kacung, Wati mengatakan di usia belianya, Kacung tidak manja seperti anak pada umumnya. \"Saya juga salut. Hebat dia sudah bisa bantu mencari nafkah, belum lama Kacung juga bantu masang listrik token. Sebelumnya kan listrik di rumahnya nyalur dari musala,\" ucapnya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: