Tak Sabar ke Premier League
MEROGOH kocek GBP 11 juta atau sekitar 221 miliar demi Alexandre Pato tidak akan membuat Liverpool merugi. Sebaliknya, klub yang berjuluk The Reds itu bakal mereguk untung dengan adanya Si Bebek dalam komposisi pemainnya. Sebagai striker bertipikal poacher, Pato bukan hanya jago mencetak gol. Pemain berusia 26 tahun tersebut punya kecepatan, pergerakan tanpa bola, dan dribbling bagus. Pato pun doyan menusuk pertahanan lawan dari sisi tengah. Tipikal permainan mantan pemain AC Milan itu pun semakin klop dengan gaya main Liverpool yang memanfaatkan sisi tengah pertahanan lawan. Bukan mengekspolitasi dua sisi sayap lawan dengan umpan-umpan silang. Dengan cederanya Daniel Sturridge dan Divock Origi plus belum membaiknya performa Christian Benteke, maka sudah seharusnya Liverpool memboyong Pato. Saat ini, Pato sedang dalam masa peminjaman Corinthians ke Sao Paulo. Rumor di media-media Inggris menyebut, Pato sudah tinggal sedikit lagi terbang ke Premier League bersama Liverpool. Meski, pelatih Juergen Klopp masih enggan untuk membahasnya. ’’Saya hanya mau menjawab itu semua kalau sudah ada penanda tanganan kontrak,’’ ujarnya sebagaimana dikutip dari ESPN. Sepertinya Klopp mengatakan hal tersebut sebagai bagian dari strategi transfer. Sama seperti sikapnya dengan rencana transfer Liverpool lainnya. ’’Kalau saran pribadi saya, Anda tidak perlu mengikuti perkembangan soal Pato lagi,’’ lanjutnya. Pato sendiri sudah menyatakan keinginannya kembali ke Eropa dan ke Premier League. Kali terakhir dia merasakan serunya kompetisi Eropa itu pada 2012-2013 bersama Milan. ’’Suatu hari, saya ingin pergi ke Premier League. Dan, sekarang saya siap untuk tantangan itu,’’ ungkap Pato dalam wawancaranya dengan The Telegraph di London sebulan lalu. Dua tahun pergi dari hingar bingar kompetisi Eropa sudah membuat dia rindu. Memori menjadi mesin gol Rossoneri dalam Serie A musim 2008 hingga 2011 ada dalam pikirannya. Total, 63 gol dia kumpulkan dalam enam musim bersama Milan. Bersamanya Milan meraih scudetto pada 2010-2011 dan Piala Super Italia 2011. ’’Saya ingin menulis cerita baru lagi di Eropa. Bisa memenangi kompetisi, lalu bermain lagi di Liga Champions. Saya inginkan cerita yang baik,’’ tuturnya. Cerita yang baik karena dia belum pernah mengangkat trofi juara di Liga Champions. Masalahnya, Pato bukan pemain dengan fisik kuat. Pato juga rentan cedera. Berdasarkan data Transfermarkt, dalam kurun waktu dua musim di Milan dia lebih banyak masuk dalam daftar perawatan. Musim 2010-2011 dia jalani dengan lima kali cedera dengan cedera di otot tendon yang paling parah. Lalu, musim berikutnya cedera hamstring yang jadi hantu baginya. Dari enam kali cedera dalam satu musim, total 101 hari dia habiskan dengan cedera hamstring. Hanya, Pato meyakinkan fisiknya tidak akan seringkih sebelumnya. ’’Saya sudah memahami tubuh saya sekarang. Saya tahu apa yang mesti saya lakukan sebelum dan setelah bermain. Saya akan jauh lebih baik dari tahun-tahun lalu,’’ tegasnya. Pato mengaku, telah belajar banyak dari cedera-cedera yang dialaminya di masa silam. ”Aku bisa kembali ke Eropa dan aku pikir aku bisa lebih baik dari saat masih di AC Milan,” katanya. ”Aku tahu tubuhku sekarang, aku tahu pekerjaan yang harus kulakukan sebelum pertandingan dan setelah pertandingan. Aku akan jauh lebih baik daripada di masa lalu,” lanjutnya. (ren/bin/ham)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: