DBD Kembali Renggut Korban Jiwa
16 Nyawa Melayang, Belum Ada Status KLB INDRAMAYU – Masyarakat Indramayu benar-benar harus waspada dengan wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Satu lagi penderita DBD meninggal dunia di RSUD Indramayu, Rabu (13/1). Nyawa Sintia (6) asal Desa Sumberjaya, Kecamatan Kroya, tak tertolong meski sudah menjalani perawatan empat hari di rumah sakit. Suasana haru benar-benar terasa di ruang perawatan RSUD Indramayu, setelah Sintia dinyatakan meninggal dunia. Orang tua korban dan sanak saudara tak kuasa membendung air mata. Bahkan beberapa diantaranya menangis histeris atas kepergian gadis kecil itu untuk selamanya. “Kami sudah berupaya maksimal, namun ternyata takdir menentukan lain,” ujar Direktur RSUD Indramayu, dr Deden Boni Koswara, kepada Radar. Menurutnya, Sintia masuk ke RSUD pada tanggal 10 Januari 2016. Sintia meninggal dalam perawatan karena trombositnya terus menurun. Angka trombosit pada saat masuk tanggal 10 Januari adalah 116.000 ppm, sementara pada tanggal 13 Januari turun drastis menjadi hanya 29.000 ppm. Deden menambahkan, saat ini jumlah pasian DBD yang dirawat di RSUD Indramayu masih cukup banyak, yaitu mencapai 24 pasien. Sedangkan jumlah korban DBD yang meninggal dunia di RSUD Indramayu sampai sekarang mencapai 11 orang. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, dr H Dedi Rohendi MARS menambahkan, selama dua bulan terakhir, November-Desember 2015 tercatat ada 16 orang yang meninggal akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut. Sementara hingga awal Januari 2016, tercatat sudah puluhan pasien DBD yang masuk ke sejumlah rumah sakit di Kabupaten Indramayu. \"Dari laporan yang masuk ke kami, untuk bulan November ada tujuh orang meninggal dunia karena DBD, dan pada bulan Desember ada sembilan orang yang meninggal dunia,” tuturnya. Dedi mengungkapkan, sepanjang November hingga Desember 2015 lalu, jumlah warga yang terserang DBD mencapai 135 orang. Jumlah ini mengalami tren kenaikan dibandingkan dua bulan sebelumnya. Pada bulan September sebanyak 33 orang terjangkit DBD dan 2 orang diantaranya meninggal dunia, sedangkan pada bulan Oktober sebanyak 18 penderita DBD dengan angka kematian nol. Yang menarik, meski penderita DBD mengalami kenaikan, namun status ancaman DBD masih belum masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Menurut Dedi, penetapan KLB dilakukan kalau kenaikannya mencapai seratus persen setiap bulannya, terutama dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Dedi mengungkapkan, kasus DBD memang banyak terjadi seperti sekarang, yakni hujan dan panas terjadi secara bergantian. Pasalnya, banyak terjadi genangan-genangan air di lingkungan masyarakat. Genangan air inilah yang menjadi tempat nyamuk (aedes aegypti) berkembang biak. Menyinggung tentang langkah yang dilakukan untuk menghadapi ancaman DBD, Dedi mangatakan bahwa tidak bisa hanya mengandalkan fogging (pengasapan). Selain biayanya besar, tuturnya, fogging juga tidak efektif untuk memberantas DBD. Fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentik nyamuk, tidak mati dengan fogging. \"Cara yang peling efektif adalah melalui pencegahan, yaitu dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan 3M (menutup, mengubur, menguras),\" katanya. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: