Masjid Nurbuat, Perpaduan Gaya China dan Kudus

Masjid Nurbuat, Perpaduan Gaya China dan Kudus

SATU lagi masjid dengan arsitektur unik. Meski tidak berusia ratusan tahun. Masjid Nurbuat yang berlokasi di RT 5 RW 6, Kedung Menjangan, Kelurahan Kalijaga, Kota Cirebon ini masuk dalam kategori masjid uni di Kota Cirebon. Bangunan masjid memiliki corak bergaya China dan Kudus ini didirikan sejak tahun 2000-an di atas tanah milik keraton. Namun, jangan salah, asal muasal masjid ini tidak secantik sekarang ini. Dulunya, masjid ini hanya sebuah musala berukuran 6 x 9 meter saja. Masjid ini pun memiliki fakta unik lain. Pendiri Masjid Jami Nurbuat, Nurohim, menyebut bahwa masjid ini dibangun hanya dalam waktu 100 hari dengan biaya awal Rp7.000. Di tahun 2000-an, Rohim mengaku pernah mendapat petunjuk dari Tengku Abdurohman Datuk Singkil, ulama asal Aceh, yang menyuruhnya untuk membangun masjid. “Dalam jangka waktu 100 hari masjid itu harus jadi, tanpa memungut sumbangan, tanpa mengajukan proposal. Saat itu ia hanya punya uang Rp7.000 perak untuk modal membangun masjid,” kisahnya. Singkat cerita, ia pun mulai mengumpulkan bahan-bahan material bangunan, dengan cara menghutang terlebih dahulu. Dengan berbekal seadanya, dia mengandalkan dua orang tukang bangunan, dan dibantu oleh tenaga sukarela dari warga sekitar yang mau membantu. “Pembangunan dikerjakan siang hingga menjelang subuh,” ungkapnya. Setelah selesai, maka dinamakanlah Musala Nurbuat yang memiliki arti cahaya kenabian. “Konsep awalnya sebenarnya tidak didesain terlebih dulu, hanya gambarannya sudah ada di kepala saya. Waktu itu bangunannya masih kecil belum sesempurna sekarang,” katanya. Masjid ini, kata Rohim, berdiri untuk menunjukkan bahwa Allah itu mahakaya. Dengan hanya bermodal seadanya, kalau Allah mau, maka berdirilah masjid ini. Waktu berjalan, musala ini kemudian menjelma menjadi masjid jami yang indah bergaya tradisional, perpaduan antara China dan Kudus. “Pengerjaan masjid ini terus dilakukan dan direnovasi secara bertahap hingga sekarang menjadi seperti ini,” ungkapnya. Di depan Masjid Nurbuat, terdapat satu menara yang menggambarkan nuansa pagoda, yang bertalian dengan budaya China. Di bawah menara tersebut ada sumur berbentuk gentong. Digunakan jamaah untuk mandi dan wudu, serta dipercaya juga bisa mengobati penyakit. Masjid ini dikelilingi dengan pagar yang terbuat dari batu bata. Seperti layaknya masjid-masjid peninggalan para wali di Cirebon. Jendelanya dibuat dari kayu berukiran mega mendung. Di tiap sudut pagar dan bangunan masjid menempel mangkuk keramik khas China. Hal unik lainnya, masjid ini memiliki memolo khas Cirebon, sebanyak 41 buah. Selain itu, masjid ini tak menggunakan speaker untuk mengumadangkan azan. “Tiap kalau azan, kita menggunakan buyung,” katanya. Kini masjid ini bisa menampung sekitar 500 jamaah. Masjid ini kerap digunakan untuk salat Jumat dan salat Id. Tiap malam ke-10 penanggalan Jawa, masjid ini rutin menggelar manakiban. Berupa salawat dan makan bersama yang dihadiri oleh para jamaah yang datang dari berbagai daerah. (jml)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: