Akhirnya Warga Kedungwungu Terima Jenazah Azan
WARGA Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, akhirnya lunak. Mereka sepakat menerima jenazah Ahmad Muhazan alias Azan (25), salah satu terduga pelaku bom di kawasan Sarinah Jl MH Thamrin Jakarta. Sebelumnya, warga menolak jasad Azan karena mereka tak mau desa mereka dicap sebagai kampung teroris. Sikap keras itu akhirnya melunak setelah musyawarah, Selasa (19/1). Musyawarah yang dipimpin langsung Kuwu Desa Kedungwungu Ahmad Fuadi SE SH itu dihadiri Kapolsek Krangkeng AKP I Nyoman Dita, dan sejumlah tokoh masyarakat, tokoh ulama, maupun kalangan pemuda. Musyawarah yang juga dihadiri ratusan warga, membuat suasana sempat memanas. Namun setelah sejumlah perwakilan masyarakat mengungkapkan pendapatnya, akhirnya Kuwu Ahmad Fuadi mengambil kesimpulan kalau warganya siap menerima kedatangan jenazah Azan. Meski demikian, Ahmad Fuadi mengaku belum tahu persis kapan jenazah Azan akan dibawa pulang ke desanya. Dalam musyawarah itu, sejumlah perwakilan warga pada intinya bisa menerima jenazah Azan untuk dimakamkan di desanya, namun mereka mengecam keras tindakannya sebagai teroris. “Kami mengutuk keras aksi terorisme di manapun di seluruh dunia, dan kami juga mengutuk warga Desa Kedungwungu yang jadi teroris. Tapi kami tidak setuju ketika melihat ada spanduk yang menolak jenazah,” tandas Ahmad Sajidin, Ketua Jamiyah Nairul Jannah Desa Kedungwungu. Sajidin mengatakan, tidak ada aturan yang melarang jenazah teroris dikuburkan di desanya. Selain itu juga belum ada aturan atau undang-undang yang melarang, bahkan fatwa MUI menurutnya juga belum jelas. “Jadi kami siap untuk mengawal, menerima dan mengurus jenazah Azan. Semua ini demi kemanusiaan dan demi ketentraman keluarga,” ungkapnya. Tokoh masyarakat lainnya, Ustadz Mustofa, secara tegas juga mengutuk pergerakan teroris dan berharap jangan sampai ada teroris di bumi NU. Ia juga menyatakan siap menerima jenazah untuk dimakamkan di desanya. Namun dengan catatan, ini merupakan kejadian yang terakhir, dan jangan sampai di kemudian hari ada lagi teroris dari Kedungwungu. Ia juga mengajak masyarakat Kedungwungu secara bersama-sama menyampaikan permohonan maaf kepada dunia atas terjadinya aksi terorisme yang melibatkan salahs eorang warganya. “Kami masyarakat Kedugwungu juga membuat petisi bersama, yang isinya menolak teroris dan gerakan radikal lainnya, serta menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indoensia dan dunia,” ujarnya. Warga lainnya, Muhammad Yunus, juga mengecam keras tindakan teroris. Namun ia juga mengecam tindakan orang yang menolak jenazah Azan, dengan memasang spanduk di sejumlah tempat. Menurutnya, pemasangan spanduk penolakan itu sangat tidak etis dan melukai hati pihak keluarga yang tengah berduka. Ia juga meminta agar spanduk penolakan jenazah tersebut diturunkan, karena telah menimbulkan ketegangan. “Terlepas apapun perbuatannya, yang namanya jenazah tentunya jangan ditolak dan harus diurus,” ujarnya. Sementara perwakilan dari keluarga Azan, Supriyadi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Desa Kedungwungu yang bisa menerima kedatangan jenazah Azan. Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Desa Kedungwungu khususnya, serta masyarakat Indonesia dan dunia, atas tindakan yang telah dilakukan Azan. “Sekali lagi kami atas nama keluarga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak kepolisian dan pihak-pihak lainnya yang telah banyak membantu kami,” ungkapnya. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: