Gafatar Pernah Eksis di Cirebon

Gafatar Pernah Eksis di Cirebon

Dewan Minta Kesbanglinmas Perketat Izin Organisasi Masyarakat SUMBER – Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ternyata pernah eksis di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan keterangan Perangkat Desa Ciawi Gajah Kecamatan Beber, Nur Rohim, salah satu warganya bernama Ali Rahman (38) yang tinggal di Blok Pon RT 01 RW 06 pernah mengklaim sebagai Ketua Gafatar Wilayah Kabupaten Cirebon. “Dia bersama istri Yuliawati (34) dan 6 anaknya pindah kesini sejak tahun 2010. Kemudian, akhir tahun lalu lalu dia berpamitan kepada keluarga dan tetangga untuk pergi transmigrasi ke Kalimantan bersama kelompoknya,” katanya. Kemudian, dari keterangan Kuwu Desa Kedungjaya Kecamatan Kedawung, Sudrajat Gafatar pernah ada di wilayahnya selama tiga tahun. Mereka memiliki kantor sekretariat di Blok Silorong RT 02 RW 01. “Tahun 2012 kelompok itu mengontrak rumah untuk dijadikan sekretariat, ada sekitar 10 orang anggota yang sering melakukan kegiatan sosial. Tapi, tahun 2015 mereka pindah ke Kalimantan,” bebernya. Para pengikut Gafatar, lanjut Sudrajat, bukanlah warga asli Kedungjaya. Dia memastikan jika warga Desa Kedungjaya tidak ada yang ikut ke dalam kelompok tersebut. “Dulu saya pernah dimintai audiensi dengan mereka, saat itu dalam surat tertulis nama M Pietriyan Davianto dan koordinatornya Edi Supriyanto,” imbuhnya. Dari informasi yang berhasil dihimpun Radar, tidak hanya nama-nama tersebut yang disinyalir sebagai pengurus Gafatar. Satu keluarga asal Bekasi mengontrak di Blok Karang Tengah RT 01 RW 03 Kelurahan Pejambon Kecamatan Sumber, sekitar bulan Agustus 2015 mereka pindah ke Yogyakarta dan sampai sekarang belum kembali ke Cirebon. Kepala keluarga yang dimaksud bernama Budi Kurniawan (41) dan istrinya bernama Parni (36). Mereka memiliki 4 orang anak. Selain itu, berdasarkan informasi dari Polsek Panguragan, pada Senin (18/1) mereka kedatangan seorang perempuan bernama Auliya Azza (47) warga Blok III RT 04 RW 02 Desa Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan untuk melaporkan kepergian anaknya bernama Memed Khumedi (28) yang bekerja sebagai staf administrasi Bimbingan Belajar Nurul Fikri Kedawung. Dia pergi sejak 27 September 2015 lalu bersama istrinya Winda Putri Andini (24) dan anaknya. Dalam laporan tersebut, nomor handphone yang bersangkutan tidak aktif dan sulit dihubungi. Orang tua Winda yang bernama Budi Santosa (55) tinggal di Lampung aktif di organisasi Gafatar Lampung. “Ketika polisi mengecek ke diaman Memed, ditemukan t-shirt Gafatar Cirebon dan Banten, satu baju batik Gafatar dan satu unit CPU, semuanya diamankan polisi,” ujar salah satu sumber. Sementara, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon H Mustofa SH mengimbau masyarakat agar tidak mudah terbujuk untuk ikut gerakan radikal dan dilarang oleh negara. Kemudian, koordinasi antara pimpinan daerah perlu ditingkatkan agar tidak kecolongan lagi atau tidak ada masyarakat Kabupaten Cirebon yang tersesat ikut kelompok radikal. “Kita sudah komunikasi dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon untuk memperketat perizinan pendirian organisasi atau LSM. Hal ini sebagai tindakan prefentif untuk mencegah timbulnya organisasi terlarang,” tandasnya. (jun)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: