Bukti Tukang Reparasi
LONDON - Belum genap 40 hari rezim Guus Hiddink dimulai. Tetapi, fans Chelsea sudah mulai diberi bukti bahwa dia memang ahli mereparasi. Hasil pada pekan ke-23 saat mempecundangi tuan rumah Arsenal di Emirates 0-1 menjadi bukti nyata. Doble KO di Premier League musim ini atas The Gunners -julukan Arsenal- itu didapat melalui gol Diego Costa pada menit ke-23. Gol Costa itu terjadi lima menit setelah kartu merah diberikan wasit Mark Clattenburg kepada bek tengah Arsenal Per Mertesacker. Kemenangan di Emirates kemarin memperpanjang rekor tidak kalah Chelsea di era Hiddink. Total, Chelsea belum kalah dalam tujuh laga. Rekor itu jadi yang terpanjang selama menjalani musim sulit pasca menjuarai trofi Premier League. Bukan hasil akhir yang jadi patokan reparasi Hiddink. Melainkan dari perubahan yang dilakukannya. ’’Feeling saya kini lebih tajam dan visi main saya lebih cepat membaca permainan ketimbang bulan-bulan lalu,’’ ungkap gelandang Cesc Fabregas sebagaimana dilansir Telegraph. Fabregas termasuk satu dari beberapa komponen Chelsea yang mulai membaik di tangan Hiddink. Bukan lagi sebagai double pivot seperti selama era Jose Mourinho. Hiddink memanfaatkan kelebihannya dalam passing dan assist-nya dengan memindahkannya di belakang Costa. Oscar yang biasa di posisi itu digeser lebih melebar ke kanan. Lalu di sisi kiri Hiddink lebih senang dengan peran Willian. Begitu dominannya, di situs Whoscored disebutkan sentuhan bola mantan penggawa Arsenal itu ada di angka 100. Sentuhan terbanyak di antara 27 pemain yang dimainkan kedua klub di dalam laga tersebut. ’’Walaupun saya berada di bawah tekanan, tapi saya sekarang lebih bisa mengontrol. Ini momen terbaik saya,’’ ungkap pemain yang mendapat gelar Man of The Match dalam laga itu. Bukan hanya Fabregas. Perubahan line up dilakukan Hiddink dengan mempercayai John Obi Mikel mengisi posisi Fabregas. Dalam laga kemarin, dia berduet dengan Nemanja Matic. Walaupun baru tujuh laga, pergantian komposisi ini sudah menunjukkan hasil bagus. Untuk defense misalnya. Dari 16 laga bersama Mourinho, jala gawang Chelsea bisa bobol 1,6 gol per laga. Sementara, rata-rata per laga bersama Hiddink hanya bobol satu gol. Pun demikian dengan perbandingan dari sisi tackling-nya. Era Mourinho mencatatkan 20,9 tackling per game. Jauh lebih intens di era Hiddink dengan 21 kali per game-nya. Lalu, untuk peningkatan dari sisi serangan cukup signifikan. Terutama yang terkait dengan ketenangan para pemain depan Chelsea. Era Hiddink sekarang punya konversi tendangan 23 persen, jauh lebih baik dari era Mourinho yang hanya 12 persen. ’’Dengan melihat permainan kami seperti hari ini, semua tim bisa kami kalahkan. Apapun bisa terjadi, termasuk melenggang ke top four Premier League,’’ koar kapten John Terry kepada Daily Mail. Chelsea untuk sementara berada di posisi ke-13 dengan mengemas 28 poin. Terpaut 14 poin dengan Tottenham Hotspur yang menempati peringkat keempat. Dengan hitungan kasarnya, Chelsea membutuhkan setidaknya lima kemenangan lagi untuk mendekati top four, tentu sembari berharap yang lain terjungkal. Februari nanti, minimal sembilan poin bisa dikoleksi jika tetap tampil konsisten. Itu dari laga melawan Watford (4/2), Newcastle United (14/2), dan Southampton (27/2). Lalu, untuk laga melawan Manchester United (7/2) minimal satu angka mesti diamankan. Kepada Sky Sports, Hiddink lebih kalem. Menurutnya, bukan top four yang harus dikejar anak buahnya. Melainkan bagaimana caranya untuk tetap bermain konsisten. ’’Bisa atau tidaknya masuk posisi keempat, ambisi klub ini harus tetap sama. Bermain untuk tidak terkalahkan, saya ingin melihat sebesar apa ambisi pemain kami,’’ tegasnya. (ren/ham)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: