Bikin Film Tak Sekadar Kejar Untung
LOLA Amaria kembali menyapa pencinta film Indonesia dengan karya terbarunya, Jingga. Kali ini dia mengusung topik disabilitas. Tepatnya tentang seseorang yang sampai menjadi penyandang tunanetra. Lola dibuat menangis saat melakukan observasi. Penyebab kebutaan dan cara memperlakukan mereka, itulah yang ingin ditampilkan dalam film Jingga. Terasa berat? “Filmnya ini malah ringan banget. Kayaknya film saya yang paling ringan,’’ ucap Lola. Bagi Lola, membuat film semestinya tidak sekadar mengejar target jutaan penonton. ’’Balik modal penting. Bagaimanapun ini bisnis, tapi harus diisi hal-hal positif, estetika, etika, dan logika,’’ jelas Lola. Dia bertindak sebagai produser dan sutradara, serta menulis skenario bersama Gunawan Raharja. Jingga berkisah tentang empat anak muda tunanetra yang berjuang bersama mencapai impian. Nama-namanya diambil dari warna. Yaitu, Jingga, Nila, Marun, dan Magenta. Lola punya alasan mengenai pemilihan nama-nama tokoh. Sebelumnya, dia mengira penglihatan tunanetra itu gelap, hitam pekat. ’’Ternyata, setelah saya observasi, ada yang kuning, putih, atau seperti sinar. Malah nggak ada itu yang gelap,’’ ungkapnya. Di balik itu, hidupnya berwarna dan mereka tidak menjadikannya beban. ’’Justru saya yang pengin nangis dengar cerita mereka,’’ kata Lola yang sebelumnya menggarap Minggu Pagi di Victoria Park dan Negeri tanpa Telinga. Empat tokoh utama yang dia pilih didapatkan dari open casting. Semua merupakan pendatang baru. Mereka harus bisa main musik karena dalam cerita membentuk band. Empat pemeran tersebut adalah Hifzane Bob, Hany Valery, Aufa Assagaf, dan Qausar Harta Yudana. Setelah terpilih, mereka menjalani reading, workshop, dan orientasi di sebuah SLB di Bandung selama dua bulan. Selanjutnya, syuting berlangsung selama 21 hari pada pertengahan 2015. Aura dan Qausar yang ikut menemani Lola siang itu merasa beruntung mendapat kesempatan bermain di film tersebut. Effort yang dilakukan cukup menantang. ’’Pertama, pakai penutup mata, kemudian membiasakan mata terbuka, tapi seperti tunanetra,’’ ujar Aufa, pemeran Magenta. Qausar, pemeran Marun, mengungkapkan bahwa mereka pernah memeroleh tugas membeli sesuatu di convenience store dengan bersikap seperti tunanetra. ’’Kadang pas di jalan mau nyebrang, ada yang bantu nyebrangin. Berarti, lumayan meyakinkan,’’ terangnya. Saking mereka mendalami peran, setelah syuting, kebiasaan itu terbawa. Misalnya, ketika ada yang mengajak berbicara, mereka tidak melakukan kontak mata dan langsung mendekatkan telinga ke lawan bicara. Jingga bakal dirilis pada 25 Februari. Lola berharap film itu ditonton banyak orang. ’’Supaya kita makin bersyukur dan lebih peka terhadap sekeliling,’’ tuturnya. (nor/c14/ayi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: