BNPT Sebut 19 Pondok Pesantren yang Diduga Ajarkan Radikalisme, 1 Ada di Cirebon
Reporter:
Harry Hidayat|
Editor:
Harry Hidayat|
Jumat 05-02-2016,14:23 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Saut Usman Nasution, menyatakan terdapat 19 pondok pesantren di Indonesia yang terindikasi mengajarkan doktrin bermuatan radikalisme. Salah satu pondok pesantren tersebut ada di Kabupaten Cirebon.
Saut menjelaskan, dari hasil proses profiling timnya di lapangan, 19 pondok pesantren itu diduga mendukung dan menyemaikan ajaran radikalisme di Indonesia. Oleh sebab itu ia berencana membicarakan temuan tersebut dengan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, dan ormas-ormas Islam.
\"Apakah (indikasi itu) sudah valid betul, apakah masih ada penambahan atau pengurangan? Karena di Indonesia ini umat beragama menjalankan ibadah bermacam-macam. Ada yang punya pemahaman itu (radikal) masih wajar-wajar, ada yang punya pemahaman ini sangat luar biasa,\" ujar Saut di Jakarta.
Saut mengatakan BNPT belum bisa melakukan tindakan apapun selain memantau perkembangan 19 pondok pesantren tersebut. BNPT, kata Saut, tidak berwenang untuk mencabut izin operasi pondok pesantren.
Saut membeberkan, 19 pondok pesantren yang terindikasi BNPT mendukung radikalisme ialah Pondok Pesantren Al-Muaddib, Cilacap; Pondok Pesantren Al-Ikhlas, Lamongan; Pondok Pesantren Nurul Bayan, Lombok Utara; Pondok Pesantren Al-Ansar, Ambon; Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah, Makassar; Pondok Pesantren Darul Aman, Makassar; Pondok Pesantren Islam Amanah, Poso; Pondok Pesantren Missi Islam Pusat, Jakarta Utara; Pondok Pesantren Al-Muttaqin, Cirebon; Pondok Pesantren Nurul Salam, Ciamis; dan beberapa pondok pesantren lain di Aceh, Solo, dan Serang.
\"Ini yang menurut kami terindikasi radikalisme, tapi mereka ini bisa saja protes. Sah-sah saja, karena kita dalam beragama bebas (menjalankan ibadah),\" ujar Saut.
JAWABAN AL-MUTTAQIN
Pihak Ponpes Al-Muttaqin mengaku merasa lelah untuk meladeni tanggapan miring tentang pondok pesantrennya. “Kalau ingin melihat pesantren kami silakan mas tapi saya enggan berkomentar mengenai radikalisme,\" ujar pimpinan Ponpes Al-Muttaqin Ustad Fakhrudin.
Menurut Ustad Fakhrudin, pihaknya hanya mengajarkan apa yang menjadi standar pengajaran yang ada di pemerintah Indonesia, tidak ada yang beda dari pesantren lainnya.
Namun Fakhrudin mengatakan, jika ada alumni pondok pesantrennya yang terlibat radikalisme, pihaknya mengatakan sudah tidak lagi memantau lagi perkembangan para alumninya. “Tugas kami sebagai pengajar, ya fokus mengajar saja,” katanya. (cecep)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: