Jangan Anggap Enteng Bisnis Tengteng

Jangan Anggap Enteng Bisnis Tengteng

KUNINGAN - Siapa tak kenal jajanan tengteng. Cemilan manis berbahan dasar brondong jagung atau beras berbalut larutan gula berbentuk kotak ini biasanya banyak ditemukan di warung-warung dijual dengan harga Rp 500 saja ini, ternyata beromzet hingga jutaan rupiah per hari.
Salah satu pengusaha tengteng di Kabupaten Kuningan Sukardi, sudah menjalani usaha jajanan tersebut sejak tahun 1986. Sehari dia dibantu tujuh karyawannya memproduksi sedikitnya 180 ikat tengteng yang dibandrol Rp 15.000 per ikatnya.
Tengteng buatannya tersebut langsung didistribusikan ke para pedagang jajanan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Kuningan. Jika dihitung-hitung, omzet dari sekali produksi mencapai 2,7 juta.
\"Kalau sedang ramai, bisa setiap hari produksi tengteng. Kalau sedang sepi, minimalnya seminggu bisa tiga kali produksi,\" ujar Sukardi, Minggu (14/2).
Untuk sekali produksi, Sukardi mengaku, menghabiskan masing-masing setengah kwintal beras dan jagung. Untuk menghasilkan tengteng yang berkualitas, Sukardi tak mau asal-asalan memilih bahan baku. Dia selalu membeli beras dan jagung yang terbaik, begitu pula gula merahnya.
\"Karena dengan bahan yang berkualitas, akan menghasilkan produk yang berkualitas pula,\" demikian prinsip Sukardi.
Tak heran, tengteng buatannya selalu habis terjual mengalahkan jajanan yang sama buatan Ciamis maupun Cirebon. Hal ini dibuktikan dari beberapa pedagang dari luar daerah yang menghubunginya lewat telepon ataupun datang langsung ke pabriknya dengan hanya berbekal label kertas yang terpasang di kemasan tengteng buatannya.
\"Bahkan ada sales tengteng dari luar daerah sudah tak mau lagi mengisi ke pedagang jajanan di pasar tradisional karena kalah bersaing. Sekalipun ukurannya sudah diperbesar, namun konsumen selalu menanyakan tengteng merk AM,\" ujar Sukardi yang mengaku merk tersebut diambilnya dari inisial nama anaknya.
Dari usaha tengteng yang dijalani Sukardi selama 30 tahun, telah membuat kehidupan ekonomi keluarganya menjadi lebih baik. Dari tiga anaknya, dua di antaranya bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi sedangkan yang sulung sudah bekerja.
Selain itu, dia juga bisa mempekerjakan tujuh pemuda di sekitar rumahnya sehingga bisa berpenghasilan. (taufik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: