Film Pesantren Impian, Unik, Padukan Genre Thriller – Religi
UNTUK kali pertama, MD Pictures meluncurkan sebuah film thriller. Diberi judul Pesantren Impian, film yang bakal tayang Kamis (3/3) besok itu, diangkat dari novel laris karya Asma Nadia. Sutradara Ifa Isfansyah mengatakan bahwa film thriller ini bakal berbeda dengan film lainnya. Pesantren Impian dikemas dengan sentuhan religi yang belum ada di Indonesia. \"Saya putuskan baca novelnya. Adaptasi satu dengan lainnya, rumusannya beda-beda. Energinya sangat berbeda,\" kata Ifa saat press screening Pesantren Impian di Grand Indonesia, Senin (29/2) lalu. Menurut Ifa, novel Asma Nadia selalu menarik untuk diangkat menjadi sebuah film. \"Pastinya bakal selalu seru dengan alur yang dibuatnya,\" ujar dia. Dalam kesempatan yang sama, Asma menyebutkan bahwa dirinya senang novelnya bisa diangkat menjadi sebuah film. Awalnya, dia mengaku tidak yakin Pesantren Impian bisa menjadi kisah layar lebar. \"Saya tadinya bingung. Aku ingin tahu bisa nggak diadaptasi horor. Eh, ternyata bisa,\" tutur dia. Film Pesantren Impian ini dibintangi Dinda Kanya Dewi, Prisia Nasution dan Fachri Albar. Film ini mengisahkan tentang 10 orang gadis yang diundang secara misterius ke pesantren impian, di sebuah daerah terpencil yang didirikan Gus Budiman untuk menjadi jembatan hidayah. Gadis-gadis muda pun datang membawa masa lalu mereka. Ada Sissy, seorang model yang membawa asistennya, Inong. Lalu Butet yang terjerat narkoba. Sri dengan skandal pelacuran dan Rini yang hamil di luar nikah. Lalu, ada juga Eni, seorang polwan muda. Perlahan tapi pasti, mereka pun jadi saling mengenal dan akrab satu sama lain. Tapi, ketenangan di pesantren itu kemudian terkoyak. Kematian demi kematian aneh mulai terjadi. Para santriwati ketakutan. Suasana semakin mencekam. Bagi para pemain, film itu juga memberikan kesan masing-masing. Prisia Nasution misalnya. Dia mengalami kecelakaan dan cedera saat membintangi film Pesantren Impian. Dalam film tersebut, wanita yang biasa disapa Pia ini terjatuh dari plafon di salah satu adegannya dan masih menimbulkan bekas hingga saat ini. \"Aku jatuh dari plafon setinggi 3,5 meter. Jadi itu adegannya lagi lari-lari di plafon. Sebelum semuanya dimulai aku ngecek-ngecek plafon dan ternyata ada yang belum aman dan akhirnya aku jatuh,” ungkapnya. Dalam adegan tersebut, Pia harus naik ke atas plafon untuk mengecek suatu keganjilan seperti yang dikisahkan dalam film. Dirinya membuka sendiri papan plafon dan berjalan di antara kayu-kayu plafon yang berdebu. Sedangkan aktris Dinda Kanya Dewi yang berperan seorang santri bernama Inong, mengaku memiliki ketegangan tersendiri saat syuting salah satu adegan yang membuatnya tak percaya pada Alexandra Gotardo. Dia mengisahkan adegan menantang yang jika salah akan menimbulkan kecelakaan. ”Ketegangan ada. Jadi pas salah satu adegan, itu yang nyetir beneran Alexandra Gotardo dan itu bus tua. Itu lumayan agak deg-degan sih,” ujar pemeran sinetron Cinta Fitri itu. Membintangi film bergenre thriller-religi merupakan salah satu pengalaman terbaru baginya. Karena genre inilah yang menjadi alasan dirinya untuk menerima tawaran proyek film ini. ”Ini merupakan genre yang menarik dan unik. Sepertinya semua film Indonesia apapun harus didukung ya sama semua penduduk Indonesia, karena kita butuh dukungan itu. Karena belum ada yang menggabungkan thriller-religi. Ini suatu yang baru dan suka nggak suka semoga suka,” pungkasnya. (ash)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: