Kata Pedagang, Pembeli Lebih Suka Merica Palsu

Kata Pedagang, Pembeli Lebih Suka Merica Palsu

CIREBON– Satu lagi fakta bahwa merica palsu memang mainan lama. Sudah lama ada di pasar-pasar tradisional di Cirebon. Para pedagang pun tidak kaget lagi jika saat ini muncul pemberitaan soal merica palsu. Harga merica palsu yang lebih murah, disebut-sebut menjadi faktor penting dari maraknya bumbu dapur ini. “Malah kalau saya sedia yang asli atau yang murni, gak ada yang beli. Pada nyarinya yang palsu semua, mungkin karena harga yang murni sudah sangat mahal,” kata NN, salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Pasalaran, Kabupaten Cirebon, kemarin. Dia mengaku sudah menjual jenis merica yang sedang ramai dibicarakan tersebut sejak 5 tahun lalu. Umumnya, kata NN, pembeli akan mencampur merica palsu dengan merica murni dalam takaran satu banding satu. “Ya itu dicampur biar rasanya tidak hambar. Kalau yang murni gak laku karena kemahalan,” ujarnya. NN mengetahui jika merica tersebut dicampur dengan nasi aking. Dia juga mengakui ada perbedaan antara merica asli dengan palsu. “Merica palsu bubuknya halus dan rasanya sedikit hambar. Lebih Pedas. Kalau yang murni, hasil gilingannya lebih kasar dan baunya khas. Ya kalau sudah lama pegang merica pasti tahu bedanya,” bebernya. NN pun menjual merica palsu tersebut cukup murah. Hanya dengan Rp2 ribu, pembeli bisa mendapat setengah Kg merica palsu. Bahkan, sambung NN, ada beberapa tingkatan. Yang paling murah untuk setengah Kg dijual Rp20 ribu, dan yang menengah dijual Rp50 ribu. “Kalau yang kualitas baik dijual dengan harga Rp90 ribu,” akunya. Selama berjualan merica palsu atau oplosan tersebut NN tidak pernah menerima komplain dari pembelinya. PEMBELI RESAH Sementara itu, sebagian orang memilih untuk membeli merica dan bumbu dapur dalam kemasan yang dijual di minimarket atau supermarket. Seperti yang disampaikan Asmara (55). \"Memang beda rasanya ya kalau yang kemasan. Tapi sekarang lagi heboh merica palsu, jadi sedikit khawatir,\" ujar Asmara yang tercatat sebagai warga Kesambi, Kota Cirebon, itu. Asmara pun mengaku setiap kali membeli merica atau bumbu dapur lainnya di pasar dalam bentuk kiloan. \"Yang palsu itu katanya yang bubuk ya. Saya jarang beli kalau yang bubuk. Yang kiloan aja, diolah sendiri,\" katanya. Sama halnya dengan yang dikatakan Eci (35), ibu rumah tangga lainnya. Hampir setiap hari Eci belanja bumbu dapur, termasuk merica dan ketumbar. Mendengar kabar merica dan ketumbar palsu, Eci mengaku khawatir. \"Ada-ada aja, sampai bumbu dapur kok dipalsuin,\" tuturnya. Kini, Eci memilih membeli merica, ketumbar dan bumbu lainnya dalam bentuk kemasan. \"Aman di supermarket yang kemasan itu, tapi kan harganya beda. Rasanya juga enak yang kiloan di pasar,\" ungkapnya. Sementara Romlah (34), salah satu pedagang bumbu dapur di Pasar Kanoman mengaku tak ada pengaruh penjualan merica dan ketumbar. \"Saya biasa beli di gudang, pasar Jagasatru, saya tanya ini merica sama ketumbar palsu gak, katanya kalau ada apa-apa tinggal protes aja, berarti memang udah dipercaya,\" katanya kepada Radar. Romlah pun biasa menjual merica dan ketumbar dalam bentuk kiloan. Merica dan bumbu dapur lainnya yang bubuk dalam bentuk kemasan yang bermerek. \"Gak jual yang bubuk buatan lokal, paling yang kemasan seperti di supermarket atau minimarket,\" akunya. Romlah berharap tak ada lagi oknum pembuat merica dan ketumbar palsu lainnya. \"Kasian masyarakat, kasian kami juga para pedagang,\" pungkasnya. (dri/mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: