Warem-warem Ini Menyumbat Saluran Irigasi dan Sebabkan Sawah Banjir
KANDANGHAUR – Petani di Kecamatan Kandanghaur mengeluhkan keberadaan warung remang-remang (remang), di sepanjang saluran irigasi. Mereka mendesak pihak berwenang untuk melakukan penertiban bangunan liar tersebut. “Adanya bangunan liar ini membuat saluran irigasi menjadi sempit, dangkal karena sulit dikuras. Aliran air jadi tidak lancar dan menjadi penyebab banjir,” ujar Tarna, petani di Desa Wirakanan, kepada Radar, Senin (7/3). Sepengetahuannya, bangunan liar yang berdiri di atas saluran irigasi itu telah berdiri sejak bertahun-tahun yang lalu, namun tak kunjung ditertibkan. Bahkan, bangunan liar tersebut dijual belikan kepada warga dan dimanfaatkan untuk tempat usaha. Dampaknya sejak bertahun-tahun pula, kondisi sungai semakin menyempit dan menyulitkan alat berat untuk melakukan normalisasi. “Jadi tak heran, kalau musim penghujan sawah-sawah kami kebanjiran. Air lama surut gara-gara saluran irigasinya menyempit dan dangkal,” kata dia. Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak membenarkan kondisi itu. Semakin sempit dan dangkalnya saluran irigasi, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kebanjiran yang menimpa areal persawahan. Saat ini saja, di Desa Wirakanan tercatat sekitar 20 hektare tanaman padi berumur 10-25 hari setelah tanam mati lantaran terendam banjir. “Salah satunya solusinya segera lakukan normalisasai saluran irigasi. Tapi bongkar dulu semua bangunan liar yang membuat macet jalannya air,” tegas Batak. Dia memaparkan, pasca dilanda banjir, para petani di wilayah Kecamatan Kandanghaur mulai menanam ulang. Tanam ulang terpaksa dilakukan, karena tanaman padi mereka terendam air sehingga membusuk. Untuk menanam ulang, petani mengeluarkan modal tambahan. Selain akibat rendaman banjir, kerusakan padi juga disebabkan merebaknya hama tikus. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: