Il Faraone Temukan Gairah di Ibukota
Masa-masa suram bagi penyerang AS Roma Stephan El Shaarawy sudah berlalu. Cedera tulang metatarsal lalu dilanjutkan operasi kaki itu telah membuat pemain 23 tahun itu absen sekitar 281 hari dalam dua musim, 2013-2014 dan 2014-2015, bersama AC Milan. Ibarat pesakitan, Shaarawy lalu menjalani masa hukuman pembuangan dengan dipinjamkan ke Monaco musim 2015-2016 ini. Di kancah Ligue 1 selama setengah musim, pemain berjuluk Il Faraone itu tampil 21 kali di semua ajang dan menghasilkan dua gol plus satu assist. Lalu datanglah tawaran yang jadi sepertinya akan jadi penyelamat masa depan El Shaarawy pada bursa transfer musim dingin lalu. ‘Sekoci’ itu bernama AS Roma. Proposal dari Gialorossi, julukan Roma, kepada El Shaarawy dan Milan sulit untuk ditolak. Mantan pemain Genoa itu butuh tampil di Italia agar lebih mudah dipantau allenatore Italia Antonio Conte. Apalagi musim panas ini, Italia tampil di Euro 2016 Prancis. Sedang Presiden Roma James Pallotta memberikan pengajuan opsi pembelian El Shaarawy kepada Milan di akhir musim kepada Milan. Tentu dengan catatan, jika El Shaarawy selama setengah musim menampilkan performa moncer. El Shaarawy tak butuh waktu lama buat membuktikan jika Roma tak salah merekrutnya. Sebuah tendangan scorpion kick dari El Shaarawy menjadi tetenger pertamanya bersama Roma. Di laga perdananya lawan Frosinone 30 Januari, El Shaarawy mengantar Roma menang 3-1. “Saya belajar scorpion kick ini dari (Zlatan) Ibrahimovic ketika masih di Milan. Dia menjadi mentor saya dalam banyak hal terutama bagaimana menjadi seorang penyerang handal,” ucap El Shaarawy soal gol perdananya itu. Seperti pecandu yang nagih, El Shaarawy pun tak berhenti buat mencetak gol buat klub Serigala ibukota tersebut. Dalam tujuh laga bareng Roma, El Shaarawy pun mencetak lima gol dan dua assist. Lantas bagaimana El Shaarawy bertransformasi menjadi pemain yang langsung klik dengan Roma? Padahal Roma pun mengalami pergantian nahkoda dari Rudi Garcia kepada Luciano Spalletti pada 13 Januari lalu? Dalam analisis Italian Football Daily kemarin (7/3), kuncinya adalah El Shaarawy menemukan kembali kegembiraan di permainan. Dengan skema 4-2-3-1, pemain kelahiran Savona Italia itu diberi ruang bergerak yang luas. Beroperasi di sisi kiri penyerangan, El Shaarawy diberi kepercayaan mengeksplorasi kekuatan, kecepatan, dan kelincahannya mengolah bola. Berkolaborasi dengan Lucas Digne yang berposisi sebagai bek kiri, kerja bareng keduanya sangat maut. “Spalletti adalah pelatih yang kaya pengalaman. Dia dengan sangat mudah menjabarkan strategi dan cara komunikasinya dengan para pemain tiada duanya,” puji El Shaarawy seperti diberitakan Sky Sports. Melawan Real Madrid di leg kedua 16 besar Liga Champions, lini belakang tim ibukota Spanyol wajib waspada. Trisula pengobrak-abrik Roma yang terdiri El Shaarawy, Diego Perotti, dan Mohamed Salah bisa menguliti kelemahan di sektor belakang Real. Dengan catatan versi Whoscored yakni rerata total tembakan 2,3 per laga, dribbling 1 per laga, dan keypasses 0,8 per laga, El Shaarawy siap meneror Real. Sementara itu, Presiden Roma James Pallotta tak perlu sampai akhir musim buat mematenkan El Shaarawy. Seperti diberitakan Calciomercato kemarin, Pallotta sudah ‘bergerilya’ buat mematenkan pemain berdarah Mesir-Italia itu. (dra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: