Praveen-Debby Penyelamat Indonesia di All England
Tiongkok 4 Finalis, Tapi Jepang Juara Umum BIRMINGHAM - Indonesia akhirnya berhasil membawa pulang gelar dari All England 2016. Ganda campuran Praveen Jordan-Debby Susanto sukses menjadi pemuncak setelah menundukkan pasangan Denmark Joachim Fischer-Christinna Pedersen 21-12, 21-17. Itulah gelar perdana Praveen Jordan-Debby Susanto di level super series ke atas. All England termasuk kategori tertinggi, super series premier. Gelar terakhir mereka di India pada Januari lalu di tingkatan grand prix gold. Kemenangan di Barclaycard Arena, Birmingham, itu sekaligus menjadi modal berharga menyongsong Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro nanti. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto, mereka siap menjadi penerus ganda campuran utama Indonesia, Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir. “Mereka layak ditarget medali di Olimpiade Rio de Janeiro,” ucapnya. Kemenangan Praveen/Debby tak lepas dari ketenangan mereka. Bahkan ketika ganda Denmark berhasil menyamakan skor menjadi 16-16 di game kedua, mereka tak kehilangan kontrol. Kembali unggul dan akhirnya menuntaskan pertandingan lewat sebuah penempatan bola dari Debby. Sepanjang pertandingan, Praveen-Debby juga selalu memimpin perolehan angka. Tak sekalipun mereka tersalip. Keduanya juga tampil taktis. Pancingan lawan untuk Praveen agar mengumbar smes juga tak dilayani. Praveen hanya melakukan smes kerasnya saat bola benar-benar enak. Sebelum pertandingan tadi malam, dari head-to-head, Praveen-Debby memang kalah 3-6 dari Fischer-Pedersen. Namun, secara psikologis, Praveen-Debby lebih diuntungkan. Sebab, di tiga pertandingan terakhir, mereka selalu menang. Sementara itu, Kasubid Pelatnas PBSI Ricky Subagja menilai capaian yang ditorehkan Praveen-Debby di All England tahun ini luar biasa. “Dari babak awal hingga semifinal, mereka mampu mengalahkan unggulan-unggulan di atas mereka. Bbahkan terakhir mengalahkan (ganda campuran nomor satu dunia) Zhang nan-Zhao Yunlei straight game,” katanya. Ricky melanjutkan, hasil yang diperoleh pasangan peringkat delapan dunia itu menjadi modal besar bagi mereka. “Semoga hasil di All England kali ini menjadikan mereka bisa lebih percaya diri, terutama di Olimpiade nanti,” imbuh Ricky. Di All England 2016 ini juga muncul fakta yang sangat mengejutkan lima unggulan utama berguguran sebelum mencapai final, negara adidaya badminton sekelas Tiongkok tak bisa lagi seenaknya. Tiongkok berhasil mengisi empat dari 10 tempat di final. Namun apa yang terjadi? Mereka hanya merebut satu gelar, itu pun dari all Tiongkok finals. Faktanya, Jepang lah yang berhak disebut juara umum, kalau label itu ada di turnamen ini. Dari lima nomor final, tim Negeri Matahari Terbit membawa pulang 2 gelar juara plus satu runner up. (mat/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: