Perburuan Teroris Makan Korban, 13 TNI Tewas, Termasuk Danrem

Perburuan Teroris Makan Korban, 13 TNI Tewas, Termasuk Danrem

PALU- Operasi perburuan kelompok teroris Santoso Cs di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, memakan korban jiwa dari aparat. Itu terjadi setelah helikopter TNI AD yang dilibatkan dalam Operasi Tinombala itu jatuh sekitar pukul 17.55 WITA, kemarin (20/3). Sebanyak 13 penumpang, termasuk Danrem 132 Tadulako, Kolonel Inf Syaiful Anwar, dilaporkan meninggal dunia. Heli mengangkut 13 orang, empat di antaranya pilot dan teknisi helikopter. Sejumlah penumpang yang diketahui ikut dalam helikopter antara lain Danrem 132 Tadulako Kolonel Inf Syaiful Anwar, Kolonel Inf Ontang (BIN), Kolonel Inf Herry (BAIS), Letkol CPM Teddy (Dandenpom Palu), Mayor Inf Faqih (Kapenrem Tadulako), Kapten CKM Yanto (Dokter Denkesyah Palu), Prada Kiki (Ajudan Danrem). Sementara 8 orang kru heli masing-masing Kapten CPN Agung (Pilot), Wiradi (Co Pilot), Tito (Co Pilot), Sert Bagus (Mekanik), Serda Karmin (Mekanik), dan Pratu Bangkit (Avionic). Radar Sulteng (Radar Cirebon Group) melaporkan, helikopter jenis bell 412 dengan nomor lambung EP Nomor HA-5171 tersebut terjatuh di sebuah perkebunan milik warga di Dusun Pattiro Bajo, Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Heli berangkat dari Desa Watutau, Kecamatan Lore Utara, sekitar pukul 17.30 menuju Kabupaten Poso. Pantauan Radar Sulteng di lokasi kejadian, kondisi helikopter hancur dengan kondisi 80 persen terbakar dijaga ketat aparat keamanan TNI dan Polri. Seluruh penumpang dan awak kru yang menjadi korban langsung dievakuasi ke RSUD Poso yang berjarak sekitar 15 kilometer dari TKP. “Kami dengar memang suara ledakan. Tapi kami kira suara petir karena kondisi waktu itu memang lagi hujan. Eh ternyata heli yang jatuh,” kata beberapa warga di lokasi. “Kami turut berduka atas musibah ini,” lanjut mereka. Tampak ratusan warga memadati lokasi jatuhnya pesawat dan ikut membantu proses evakuasi korban. Kapolres Poso AKBP Rony Suseno yang dikonfirmasi terpisah juga membenarkan terjadinya musibah kecelakaan jatuhnya helikopter milik TNI-AD di wilayah desa Petirobajo Poso Pesisir. Dipastikan seluruh penumpang dan kru yang berada dalam heli meninggal dunia. “Heli kopter TNI-AD ini jatuh dalam perjalan dari Lore ke Poso. Terbang dari sana (Napu) jam 17:00 WITA, dan sudah mau sampai di Poso. Tapi karena cuaca buruk pukul 17:55 heli jatuh,” terangnya soal kronologi jatuhnya heli. Hingga berita ini ditulis, sebagian jenazah korban heli jatuh sudah berada di kamar jenazah RSUD Poso. Proses evakuasi korban pun masih terus berlangsung. Kondisi jenazah sebagian besar sulit dikenali karena mengalami luka bakar. Sedangkan empat jenazah lainnya masih bisa dikenali, di antaranya jenazah Danrem 132 Tadulako Kolonel Inf Syaiful Anwar, jasad Kapenrem Mayor Inf Faqih, dan dari BIN (Kolonel Inf Ontang). Terpisah, Kepala Penerangan Kodam VII Wirabuana, Kolonel CZI I Made Sutia, turut membenarkan jatuhnya helikopter yang memang berpangkalan di Kodam Wirabuana tersebut. “Benar, Danrem juga salah satu penumpang di dalamnya,” sebut Made. Tadi malam WITA, seluruh prajurit Korem 132 Tadulako dikumpulkan dan melakukan apel malam. Persiapan penyambutan terhadap jenazah dilakukan di Makorem Tadulako Jl Jenderal Sudirman Palu. Rencananya, jenazah yang telah dievakuasi dari TKP ke RSUD Poso akan diberangkatkan ke Palu, pagi ini. CUACA BURUK Sementara forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mutiara Palu, Rio Marthadi yang ditemui Radar Sulteng tadi malam mengungkapkan, pada umumnya kondisi cuaca di Sulawesi Tengah sejak pagi hingga sore harinya kurang bagus dan tidak bersahabat, khususnya di wilayah Sulawesi bagian timur. Di daerah tersebut terdapat tiupan angin yang tidak terarah dan potensi pertumbuhan awan-awan konvektif sangat besar. Terkait insiden terjatuhnya helikopter, kata Rio, kondisi cuaca pada saat heli terbang dan menuju ke Poso buruk. Menurutnya, sekitar pukul 17.00 saja mulai bertumbuhnya awan konvektif sekitar Danau Poso, Kecamatan Pamona dan bagian Lore. “Buruk sekali. Artinya awan konvektif sangat banyak. Jam lima sore saja kondisi cuaca sangat tidak memungkinkan untuk penerbangan berangkat ke Poso,” jelas Rio. Lanjutnya, pertumbuhan awan konvektif mulai membesar mulai pukul 17.20 hingga 17.40 WITA, bahkan ditambah dengan adanya angin dari daerah timur laut seperti dari Ampana dan Luwuk, membuat pertumbuhan awan konvektif semakin meningkat di kawasan Poso, Lore dan Napu. “Sudah timbul awan konvektif ditambah lagi dari sana daerah Luwuk dan Ampana, maka semakin buruk lah cuaca di sekitar Poso,” sebutnya. Rio mengatakan, sekitar pukul 18.00 saat terjadi awan konvektif semakin dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya petir, hujan deras dan angin yang tidak terarah. “Kecepatannya angin sekitar pukul 17 mencapai 40 knot atau 20 meter per detik. Anginnya seperti belalai gajah yang muter-muter,” pungkasnya. (agg/bud/acm)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: