Joni Warga Argasunya, Ukiran Kayu Karyanya Diekspor ke Asia Timur hingga Eropa
Di tangan Joni, potongan batang pohon mampu diubah menjadi barang seni. Pahatan dan ayunan kapak kayunya bisa memenuhi keinginan. Siapapun akan tertegun melihat karya pahat dan ukir kayunya. Laporan: Mike Dwi Setiawati, Cirebon KAYU-kayu yang terukir dengan bentuk aneka ragam itu ternyata punya makna tersendiri. Ada ukiran yang berbentuk sekelompok ikan yang sedang berenang sebagai lambang keserasian dalam kehidupan. Ada juga ukiran naga ngamuk, dengan karakter seekor naga yang memiliki makna kekuatan dan kewibawaan. Selain itu, ada juga yang dibentuk menyerupai buah-buahan, bentuk detail buah membuat karya seni ini menjadi hidup seperti buah asli. Kemudian ada ukiran dibentuk menyerupai hiasan kaligrafi macan ali yang oleh kebanyakan orang disebut sebagai lambang Cirebon. Lalu ada yang dibentuk menyerupai ikan-ikan yang sedang berkumpul melambangkan kekompakan serta kebersamaan. Ada pula yang melambangkan rusaknya kehidupan manusia akibat keserakahan yang dianalogikan seekor kera yang memiliki sifat serakah. Ukiran-ukiran kayu tersebut adalah karya dari Joni Tunggul, seniman ukir kayu. Joni melihatnya bukan sekadar kayu mati atau sampah terbuang, tetapi berpikir untuk membuat karya yang indah jika kayu itu diubah melalui ukiran yang punya nilai seni. Ia membuat karya seni ukir tunggul dari sebuah batang pohon tunggul. Tunggul merupakan batang pohon yang paling ujung tertanam di tanah dan dipenuhi batang akar. Tunggul juga banyak yang menyebut bonggol atau bongkot dari sebuah pohon. Ukir tunggul merupakan salah satu karya seni ukir yang dinilai memiliki keunikan sendiri, yaitu dengan menggunakan bahan dari tunggul kayu. Proses produksinya sama dengan melakukan ukir pada bahan lainnya, hanya saja pada bidang tunggul memiliki tingkat kerumitan sendiri. \"Karena bentuk tunggul yang rumit dan tak beraturan,\" ujar Joni, melalui Adi salah satu karyawannya di sanggar \"Tunggul Pitu\". Dengan kejelian, tunggul dapat dibuat menjadi karya seni yang menakjubkan, dengan memiliki nilai jual tinggi. Terbukti, satu buah karya seni tunggul ini dihargai sekitar Rp600 ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung tingkat kerumitan dan bentuk tunggul. Joni, merupakan warga Cadas Ngampar Argasunya, Kecamatan Harjamukti itu adalah salah satu seniman ukir kayu yang pernah mengirim produk seni ukir kayu, patung siluet abstrak ke sejumlah daerah di Indonesia, sampai ke Batam pada 2008. Ia juga pernah menggelar workshop seni ukir di Jatiwangi dengan peserta warga negara asing Australia. Produk-produknya pun diekspor ke Asia Timur (Taiwan), Australia, hingga Eropa (Kanada). Kepiawaiannya menyulap seonggok batang kayu itu menjadi kursi ukir, meja, atau apa saja selera pemesan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: