Kelainan Mental Anak Bisa Karena Kurang ASI

Kelainan Mental Anak Bisa Karena Kurang ASI

JAKARTA - Manfaat air susu ibu (ASI) selama ini hanya dianggap meningkatkan daya tahan tubuh anak. Namun, Menteri Kesehatan Prof. dr. Nila F. Moeloek, Sp.M(K) mengatakan ASI mampu membuat anak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Breastfeeding (menyusui) ternyata dapat meningkatkan kecerdasan IQ dan juga kesehatan mental. Menkes menjelaskan, pemberian ASI terhadap anak bukan hanya sekedar memberi makan. Namun juga stimulasi. Karena, kata Nila, saat pemberian ASI, ada interaksi kasih sayang yang terbangun antara ibu dan sang buah hati.

\"Tentu saat menyusui, ibu menggendong anak. Kemudian membelai dan kepalanya dielus sambil disusui. Saat itulah anak merasa damai dan mendapat kasih sayang dari ibunya. Saya kira ada korelasinya, dengan kasih sayang ini bisa terjadi. Tapi tanpa ASI, disajikan dalam botol, dan yang memberikan juga bukan ibunya, bagaimana tali kasih bisa terjadi,\" tutur Nila F. Moeloek.

Adanya stimulasi kasih sayang ini, kata Menkes, mampu membentengi anak dari perilaku negatif. Dia mencontohkan, beberapa perilaku anak dan remaja yang tidak etis dan berbau pornografi, salah satu penyebabnya adalah anak tidak mendapatkan ASI eksklusif. \"Kelainan mental generasi kita memang mencapai 80 persen. Dan ini kemungkinan besar karena tidak diberikannya ASI eksklusif,\" ucapnya.

Terkait hal tersebut, dirinya teringat perbincangan bersama dr Utami Rusli bahwa ada keterkaitan antara menyusui dengan kesehatan mental anak. Terlebih bila dikaitkan dengan peluang bonus demografi di tahun-tahun ke depan, pemberian air susu ibu (ASI) menjadi penting untuk menciptakan generasi yang baik. \"ASI ini merupakan jasa para wanita untuk menjadikan generasi negara kita menjadi generasi yang baik nantinya, generasi yang bisa berkompetisi di dunia dan negara lain di kancah global,\" ujarnya.

Menkes juga menambahkan bahwa keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia merupakan keberhasilan dari semua pihak. Namun bagaimanapun juga dukungan dan upaya keras tetap harus ditingkatkan. Selain itu, Menkes juga menyerukan kepada para wanita bahwa ASI tetap yang terbaik. \"Saya mendorong dan sangat berterima kasih kepada semua pejuang-pejuang ASI yang telah berupaya untuk memperbaiki generasi kita,\" tandasnya.

Setiap ibu dan anak di manapun dan dalam situasi apapun, akan memperoleh manfaat dari praktek menyusui yang optimal. Publikasi riset terbaru The Lancet, semakin memperkuat bukti tentang manfaat menysui yang sangat besar bagi anak-anak dan wanita di negara maju dan berkembang. Hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi para ibu di Indonesia, jurnal The Lancet Breastfeeding Series 2016 mempublikasikan bahwa ASI Eksklusif di Indonesia telah mencapai 65%. Di kebanyakan negara angka menyusui eksklusif bagi bayi usia di bawah 6 bulan masih jauh di bawah 50%, yang merupakan target World Health Assembly (WHA) untuk tahun 2025 \"Sekali lagi ini keberhasilan semua pihak,\" pungkasnya. (naz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: