Ada 116 Desa di Cirebon yang Berpotensi Banjir
CIREBON- Sejumlah desa di Cirebon timur terendam banjir sejak Selasa (22/3). Hingga kemarin, warga masih waswas banjir susulan. Apalagi jika di Kabupaten Kuningan terjadi hujan lebat. Sejauh ini ada lima desa di Kecamatan Waled yang terendam banjir. Antara lain Mekarsari, Desa Gunungsari, Desa Ambit dan Desa Ciuyah. Sementara di Kecamatan Astanajapura, banjir melanda Desa Japura Kidul. Kepala Seksi Bencana Dinas Sosial Kabupaten Cirebon, Nana R Harun, mengatakan, desa yang terendam banjir terjadi sejak Selasa sore (22/3). Paling parah berada di Kecamatan Waled. Di Desa Gunungsari, ada 400 rumah yang terendam banjir. \"Tim Tagana bersama Basarnas langsung turun dan siaga sampai kondisi air surut,\" ujarnya, kemarin. Menurut Nana, tidak ada korban jiwa dalam banjir tersebut. Hanya saja ada satu rumah di Desa Ciuyah yang terhempas air. “Rata-rata yang terendam rumah yang berada di daerah sekitar sungai. Ketinggian banjir bisa mencapai 170 sentimeter,\" sebutnya. Mengantisipasi banjir susulan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Cimanuk Cisanggarung (BBWS-C) dan juga Pemkab Kuningan. Pasalnya, penyebab banjir bandang ini lantaran debit air dari Kuningan tinggi akibat curah hujan yang deras. \"Kita koordinasikan dengan BBWS-C dan Pemkab Kuingan karena ini kan penyebabnya dari luapan air sungai dan debit air dari Kuningan,\" jelasnya. Pihaknya juga meninjau lokasi dan memberikan bantuan buffer stock dari Pemprov Jawa Barat dan Kemensos RI. Bantuan yang diberikan berupa kid ware, familiy kid, lauk pauk, makanan bayi, selimut, rantang, sarden, pakaian sandang, tikar, dan beras. \"Ini batuan insidentil dari Provinsi Jabar dan Kemensos. Untuk bantuan dari APBD Kabupaten Cirebon, biasanya untuk kerusakan rumah. Dan itu akan diusulkan,\" sebutnya. Ditambahkan Nana, tidak hanya lima desa yang harus siaga banjir. Ada 116 desa lagi di 11 kecamatan yang dinyatakan rawan banjir oleh Dinsos Kabupaten Cirebon. Penyebabnya, didominasi luapan air sungai dan air laut. “Hal ini tentu menjadi kewaspadaan bagi masyarakat, agar bisa secepatnya mengevakuasi diri apabila terjadi banjir,” pesannya. Sementara Kuwu Gunungsari, Yoyo Sudharyo, mengatakan banjir terjadi karena luapan air sungai. Di desanya ada 400 rumah yang terendam. Setiap tahun, kata Yoyo, banjir selalu datang. Namun belum ada solusi untuk mengatasinya. “Sulit karena ini kan kapasitas air dari hulu itu tinggi, sementara sungai juga dangkal. Jadi masuk ke rumah warga,\" ujarnya. Dia mengatakan ketinggian air mencapai satu meter lebih. Kartam, warga Desa Ciuyah, menyebutkan banjir ini yang ketiga kalinya selama musim hujan tahun ini. Curah hujan, kata Kartam, tidak terlalu besar. “Tetapi karena hujan deras terjadi di Kuningan, maka debit air yang masuk ke Bendungan Ambit pun besar. Debit air yang besar ini tidak mampu tertampung dan akhirnya meluap. Ya kalau dari arah Kuningan sudah mendung, kita sudah antisipasi,\" katanya. GANGGU AKTIVITAS WARGA Banjir Selasa malam (22/3) itu mengganggu aktivitas warga. Seperti yang terjadi di Desa Gebang Udik, Kecamatan Gebang. Resepsi pernikahan Fajri dan Yuni terganggu. Itu karena kediaman Yuni yang berada di Blok Lebak terendam air setinggi betis orang dewasa. Kadung undangan sudah menyebar, mereka terpaksa menggelar resepsi pernikahan di atas genangan banjir yang berasal dari limpasan Sungai Ciberes. Situasi ini membuat sejumlah properti resepsi pernihakan mengalami kerusakan. Bahkan, ada yang terbawa arus banjir. ”Alhamdulillah, ijab kabul berjalan lancar, walau kami sekeluarga harus berjibaku dengan air banjir yang masih menggenang,” ucap mempelai pria, Fajri. Kuwu Desa Gebang Udik, Haerudin Sukarno, mengatakan banjir kali ini akibat dari dangkalnya sungai dan rendahnya tanggul. Sehingga, ketika terjadi hujan deras di wilayah hulu, sungai tidak mampu menampung volume air. Akibatnya, pemukiman penduduk yang berada di pinggiran sungai tergenang. Kondisi ini bisa diperparah apabila air laut tengah pasang. “Hampir setiap tahun Mas, dua blok di desa ini, yakni Kebuyutan dan Lebak terkena bencana banjir,” katanya kepada Radar. Pada banjir kali ini, berdasarkan kalkulasi pemerintah desa setempat, ada sekitar 500 rumah yang terendam. Untuk kerugian materil yang menimpa warga belum bisa ditaksir. “Selain air tergenang, akibat banjir, nelayan tidak bisa melaut, mungkin baru itu kerugiannya,” imbuhnya. Sebelumnya, pemerintah desa setempat mengaku sudah menyampaikan pengerukan sungai Ciberes kepada pihak terkait. Namun, sampai dengan saat ini belum ada realisasi. Sementara, para siswa dan guru di SD Negeri 2 Japura Kidul, terpaksa menangguhkan kegiatan belajar mengajarnya, mengingat 6 ruang kelas mereka terdapat lumpur yang menyebar di lantai. Lumpur ini merupakan sisa banjir semalam yang berasal dari limpasan sungai Cimanis. “Mudah-mudahan, hari ini (kemarin) seluruh lantai bisa bersih, sehingga besok (hari ini, red) bisa kembali aktif,” ungkap Kepala SD Negeri 2 Japura Kidul, H Muakhir. (jml/jun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: