Banyak Polisi yang saat Gajian Hanya Tinggal 50%

Banyak Polisi yang saat Gajian Hanya Tinggal 50%

BERULANGNYA kejadian polisi membunuh anggota keluarganya dipandang berhubungan dengan beban tugas aparat yang begitu berat. Namun, Polri sebenarnya sudah berupaya mengantisipasinya dengan berbagai metode perekrutan. Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan menjelaskan, sebenarnya dalam rekrutmen kepolisian sudah dilakukan berbagai upaya untuk seperti tes psikologi dan kesehatan. Tentunya, agar mendapatkan anggota yang secara mental dan fisik terbaik. “Bahkan, parameter rekrutmen di Polri sudah diakui secara nasional dan internasional,” tuturnya. Namun, memang faktor lingkungan, seperti pekerjaan, ekonomi dan sosial memberikan pengaruh terhadap anggota kepolisian. Yang paling berpengaruh selain beban kerja, soal gaya hidup yang konsumtif. “Saya mengetahui banyak anggota kepolisian yang saat gajian hanya tingga 50 persen,” tuturnya. Dia mengatakan, banyak yang berhutang kesana kemari karena memang ingin mengikuti gaya hidup orang lain. Semua itu tidak baik untuk seorang pengabdi, seperti polisi. “Karena itu godaan gaya hidup konsumtif harus dihentikan,” paparnya. Anton Charliyan menambahkan, saat ini sudah diinstruksikan pada seluruh anggota kepolisian untuk bisa mengawasi bawahan dan rekan kerjanya. Tentunya, pengawasan melekat dari atasannya itu penting mendeteksi dan mencegah berulangnya polisi yang melukai atau membunuh keluarganya. “Kalau ada yang tidak beres, anggota itu langsung saja ditempatkan di posisi yang tidak berat. Jangan sampai diposisikan di reserse atau posisi yang beban tugasnya berat,” tegas jenderal berbintang dua itu. Sementara Kabiddokes Polri Brigjen Artur Tampi menjelaskan, saat ini memang ada keterbatasan dalam tes kesehatan berkala bagi anggota Polri. Setiap tahun yang seharusnya semua anggota Polri mendapatkan tes kesehatan dan kejiwaan, hanya 35 persen yang bisa mendapatkan tes tersebut. ”Ini dikarenakan anggaran yang kurang,” jelasnya. Padahal tes kesehatan dan kejiwaan tersebut bisa mendeteksi perilaku setiap anggota. Apakah sedang stres atau sedang mengalami masalah tertentu. ”Tapi, saya yakin secara bertahap semua itu akan dipenuhi,” paparnya. Untuk satu kali tes kesehatan dan kejiwaan, setiap anggota polisi membutuhkan sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta. Angka tersebut akan menjadi begitu besar karena anggota Polri jumlahnya lebih dari 400 ribu orang. “Kami berupaya terus untuk bisa memperbaikinya,” tuturnya. (idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: