Leicester City vs Southampton, Berebut Posisi di Tikungan Terakhir
LEICESTER - Garis finis Premier League musim ini sudah terlihat. Ibaratnya tujuh pekan ke depan merupakan tikungan terakhir yang harus diselesaikan dan menentukan. Musim ini tinggal dua pembalap yang berpacu. Yakni Leicester City dan Tottenham Hotspur. Dan Leicester punya keunggulan modal lima poin lebih unggul dari Spurs, julukan Tottenham Hotspur. Demi mengamankan titel Premier League dalam genggaman, ketika menjamu Southampton di King Power Stadium malam ini (3/4), Leicester tak boleh kalah. Di perjumpaan pertama musim lalu di kandang Soton, julukan Southampton, 17 Oktober silam keduanya sama kuat. Leicester menahan imbang 2-2 Soton. Kala itu, Jamie Vardy menjadi pahlawan buat The Foxes, julukan Leicester, dengan dua golnya. Masing-masing dimenit ke-66 dan 90’+1’. Padahal sebelumnya Leicester tertinggal dua gol duluan. Nah, melihat jadwal di tujuh laga sisa yang dimiliki Leicester, maka April ini menjadi kunci. Anak asuh Claudio Ranieri bisa bernafas lebih lega. Karena lawan-lawan yang dihadapi lebih ringan ketimbang Mei mendatang. Pasca lawan Soton malam ini, Sunderland 10/4), West Ham (17/4), dan Swansea (24/4) adalah calon lawan berikutnya Leicester. Sementara Mei, Leicester harus bertemu Manchester United (1/5), Evertom (7/5), dan Chelsea (15/5). Tactician Leicester Claudio Ranieri seperti diberitakan BBC kemarin (2/4) menuturkan masa-masa penuh tekanan sudah berlalu. Justru awal musim menghadirkan tekanan terbesar bagi Wes Morgan dkk. “Sisa musim ini kami harus bekerja keras karena kerja keras adalah ciri kami. Bagaimana cerita pada akhir musim akan ditentukan kami sendiri,” ucap Ranieri. Pria berkebangsaan Italia tersebut cukup pede melihat rekor kandang anak asuhnya. Dalam 15 laga, sembilan dilalui menang, lima kali imbang, dan sekali kalah. Kekalahan kandang terakhir terjadi enam bulan silam. Ketika itu, Leicester kalah 2-5 oleh Arsenal. Leicester cuma kehilangan gelandang Matthew James yang notabene bukan pilar utama tim. James mengalami cedera ligamen sampai akhir musim ini. Sedang Soton juga kehilangan penyerang Charlie Austin. Austin mengalami cedera hamstring dan diperkirakan sembuh pertengahan bulan ini. Tiga nama lain, Florin Gardos, Jay Rodriguez, dan Ryan Bertrand diragukan kebugarannya. Menurut analisis The Telegraph kemarin (2/4) ada perubahan style dalam penyerangan Leicester. Sebelum Natal, Leicester mencetak 37 gol dan kebobolan 24 gol dalam 17 laga. Setelah Natal, statistik Leicester membaik. Sampai dengan pekan ke-31, Leicester mencetak 17 gol dan kemasukan tujuh gol. Juga melakukan sembilan clean sheets dalam 14 laga. Kemudian sampai kemarin, rata-rata ball possesion Leicester sepanjang musim ini nomor tiga dari bawah. Leicester hanya punya torehan rata-rata 44,07 persen per laga. Di urutan pertama ada Spurs dengan 60,49 persen. “Semakin rendah angka passing dan persentase penguasaan bola Leicester maka tim ini makin sering menang,” kata analis The Telegraph asal Harvard University Dan Altman. Serangan sporadis Leicester yang memakai poros Jamie Vardy-Riyad Mahrez memang berbahaya. Vardy sudah mencetak 19 gol dan Mahrez berkontribusi 11 assist. Kunci clean sheets Leicester musim ini adalah solidnya duet Wes Morgan dan Robert Huth di jantung pertahanan. Rekatnya pertemanan keduanya di luar lapangan membuat komunikasi di lapangan makin baik. Sementara itu, tactician Soton Ronald Koeman berkata timnya masih bisa minimal mendapat satu poin di kandang Leicester. Dalam 15 laga away, Soton meraih lima menang, lima imbang, dan lima kalah. “Leicester seharusnya takut kepada kami karena kami bisa melakukan apapun. Kami menang dari Liverpool, Manchester United, dan Chelsea,” ujar Koeman seperti diberitakan Mirror. Pria berusia 53 tahun itu menegaskan kalau target paling realistis dari timnya adalah tampil di Europa League. Sampai kemarin, Soton ada di peringkat ketujuh dan tinggal berjarak tiga angka dari zona Eropa. Saingan terdekatnya adalah United yang mengumpulkan poin 50. Sama-sama memakai pakem penyerangan 4-4-2, Koeman berkata harus lebih disiplin menjaga flank Leicester. Mantan pelatih Ajax, Valencia, dan Feyenoord itu belajar dari kesalahan pertemuan pertama. “Kami tak membantu siapapun seandainya kami bisa mengalahkan Leicester. Kami hanya mengejar finis di posisi terbaik dan tampil di Eropa musim mendatang,” tutur Koeman. (dra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: