Fahri: Sekarang Saya Mau Dihabisi Sehabis-habisnya
JAKARTA – Fahri Hamzah membeber cerita saat dia dipanggil Presiden Partai Keadilan Sejahterah (PKS) Sohibul Iman. Fahri cerita, sekitar September ketika Sohibul menjadi pimpinan baru PKS, ia diundang untuk berdialog. Di situ disampaikanlah keinginan Sohibul sebagai Presiden PKS. \"Tentu saya dengar. Salah satunya beliau sarankan saya pakai kopiah. Saya ikuti, ternyata ganteng juga pakai kopiah,\" ucapnya mencairkan ketegangan, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/4). Nah, setelah itu, Sohibul memintanya untuk bertemu kembali. \"Dan diminta mundur (dari wakil ketua DPR), tentu buat saya kaget dan ada apa gerangan,\" ungkap Fahri. Ia bertanya-tanya dengan permintaan Sohibul kala itu. \"Lalu beliau katakan ini permintaan pribadi antara saya dengan beliau. Karena beliau pemimpin tertinggi di dalam partai. Saya katakan baiklah karena rahasia pribadi,\" ungkap Fahri. Namun, ia mengaku kala itu meminta waktu untuk memutuskan apakah akan mundur atau tidak sebagai pimpinan DPR. Sebab, yang dimintakan adalah jabatan publik. Jelas, saat pemilihannya sebagai wakil ketua DPR melibatkan konstituen yang besar di paripurna dan nyatanya ia mendapatkan suara tertinggi di PKS untuk melangkah ke Senayan. \"Masalahnya jabatan ini milik publik, milik negara. Saya bilang kalau saya sudah mantab, semua keputusan saya ambil. Karena itu saya minta waktu, saya dikasih waktu,\" bebernya. Belum juga adanya putusan Fahri untuk mengundurkan diri, tiba-tiba ada pengaduan tentang dirinya kepada Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO). Dia diadukan lantaran dianggap mengeluarkan pernyataan kontroversial dan kontraproduktif di ranah publik yang tidak sejalan dengan arahan partai. Tentu, mantan anggota Komisi III DPR itu menyangsikan alasan pengaduan tersebut. Sebab, apa yang disampaikan ke publik yang kerap dengan nada keras dan kritis merupakan adat ketimurannya sejak lahir. Apalagi, sebagai anggota DPR, ia dilindungi undang-undang untuk menyatakan atau berbicara soal pendapatnya di ranah publik. Karena itu, ia menegaskan, pemecatan dirinya bukanlah persoalan partai. \"Ini permintaan pribadi, saya tidak melihat masalah partai di sini,\" serunya. Fahri menambahkan, sentimen pribadi itu muncul sejak Sohibul menjadi presiden PKS. Terbukti, sejak kepemimpinan baru, dirinya dilepas dari struktur kepartaian, padahal sebelumnya selalu mendapat kursi di kepengurusan. Namun, kata Fahri, beralasan karena tidak boleh rangkap jabatan. \"Saya tenang (dengan alasan itu). Tapi sekarang, ini tiba-tiba mau dihabisi sehabis-habisnya. Ini ada apa,\" tutup Fahri. (dna/JPG/sam/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: