Hati Sang Ayah Sudah Diberikan, Nyawa Elika Tetap Tak Tertolong

Hati Sang Ayah Sudah Diberikan, Nyawa Elika Tetap Tak Tertolong

Takdir itu sudah dituliskan. Elika Ayudia Inara, yang menderita kelainan hati harus menghadap Sang Pencipta untuk selamanya. Berikut kisahnya. Laporan: Muhammad Junaedi, Greged SUARA tangis kesedihan pecah saat bayi berusaia 22 bulan dengan nama Elika Ayudia Inara pulang ke kampung halamannya, Dusun 1 Cantilan RT 06/RW 02 Desa Lebak Mekar, Kecamatan Greged dengan dibungkus kain kafan. Eno dan Dasini, kedua orang tua bayi malang pun tampak lemas, saat keluar dari mobil ambulan yang mengantarkan jenazah Elika dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Keluarga dan tetangga pun mencoba membantu memapah keduanya sampai ke rumah mereka. Elika adalah balita yang sempat menggemparkan jagat Kabupaten Cirebon di awal tahun 2016. Pasalnya, dia menjadi anak ke-45 yang menderita gangguan fungsi hati se-Indonesia dan ke-14 balita yang meninggal dunia akibat penyakit ini. Dia juga satu-satunya balita penderita gangguan fungsi hati yang meninggal pasca operasi pencangkokan hati. Menurut Shendi, relawan pendamping Elika dari Gerakan Sosial Berbagi Nurhakim, Elika menghembuskan napas terakhir pada pukul 04.30 kemarin di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSCM. Sementara ini, penyebab kematian anak ketiga pasangan Eno Dasini karena infeksi. “Penyebabnya belum lengkap informasinya, tapi saya dapat kabar dari dokter Elika mengalami infeksi hebat,” tuturnya. Infenksi ini menyebabkan kondisi tubuh Elika terus menurun. Apalagi, lanjut Shendi, pasca operasi menurut laporan yang dia terima sempat ada kebocoran di ususnya. “Sebenarnya, hati ayahnya yang dicangkokkan ke tubuh Elika kondisinya bagus. Tapi karena infeksi ini sudah mengrogoti hati Elika, membuat dia terus menurun,” imbuhnya. Sebenarnya, pasca operasi pencangkokan yang pertama, Elika sempat ceria dan mampu berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Namun, untuk menyempurnakan proses pencangkokan, proses operasi tidak hanya sekali. “Untuk Elika sendiri, sudah sembilan kali operasi dengan ditangani oleh puluhan dokter spesialis,” bebernya. Sebagai pihak yang senantiasa mendampingi Elika dan keluarga, pihaknya sangat mengapresiasi tim dokter RSCM yang menangani transpalansi hati. Mereka bekerja sepenuh jiwa, demi kesembuhan Elika. Begitu juga dengan ayahnya Eno yang rela memberikan sebagian hatinya untuk buah hati tercinta. “Dokter sudah berusaha maksimal dan melakukan yang terbaik dan ayahnya pun demikian. Ini kehendak Allah, kita harus merelakan dan mengikhlaskannya,” ungkapnya. Sementara, Kuwu Desa Lebak Mekar, Kecamatan Greged, Alek Setiawan mewakili keluarga mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen masyarakat yang sudah membantu pengobatan Elika. Tanpa bantuan dari segenap masyarakat, Elika tidak mungkin masuk meja operasi. “Usaha dan upaya kita untuk menolong sesama makhluk Allah SWT sudah maksimal dan inilah jawabannya. Terima kasih kepada masyarakat Desa Lebak Mekar, Kecamatan Greged dan Kabupaten Cirebon pada umumnya,” pungkasnya. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: