Hari Ini, Tak Perlu Berlebihan Rayakan Kelulusan

Hari Ini, Tak Perlu Berlebihan Rayakan Kelulusan

JAKARTA- Sebanyak 3,24 juta siswa SMA sederajat menyambut kelulusan hari ini (7/5). Kegiatan corat-coret seragam dan rambut untuk merayakan kelulusan jadi tren. Kemendikbud pun menyerukan siswa tidak berlebihan merayakan pengumuman kelulusan hari ini, Sabtu (7/5). Menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud, Nizam, kelulusan siswa sama sekali tak terkait dengan nilai UN 2016. Dia menjelaskan ada tiga kriteria dalam menetapkan kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Ketika kriteria itu adalah siswa sudah menuntaskan seluruh pembelajaran, memiliki nilai prilaku minimal baik, dan lulus ujian sekolah (US). “Jadi kelulusan siswa dengan UN tidak ada hubungannya,’’ ujar guru besar fakultas teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu kemarin. Nizam mengatakan siswa tidak perlu berlebihan dalam merayakan atau mensyukuri kelulusan. Cara seperti konvoi motor di di jalan raya, corat-coret seragam, dan bermain sampai malam hari di tempat rekreasi, menurtunya sudah tidak zamannya lagi. “Sudah kuno,’’ tegasnya. Dia menuturkan lebih baik tenaganya disimpan untuk persiapan melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi. Menurut Nizam kebiasaan konvoi setelah kelulusan unas sudah mulai ditinggalkan siswa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Terkait dengan potensi adanya siswa yang tidak lulus, Nizam menegaskan tidak ada kaitannya dengan Kemendikbud. Dia menjelaskan ujian nasional perbaikan (UNP) dilaksanakan bukan untuk membuat siswa tidak lulus menjadi lulus. “Yang berhak mengikuti UNP itu siswa yang nilainya kurang dari 55, baik itu yang lulus maupun tidak lulus,’’ jelasnya. UNP sendiri dilaksanakan untuk mengubah skor UN utama saja, bukan status kelulusan. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyoroti pengukuran indeks integritas ujian nasional (IIUN) yang menjadi sepaket dengan nilai unas. Dia menuturkan sangat sulit mengukur integritas anak-anak baik atau tidak baik. Sebab dalam prakteknya Retno mencium masih ada kecurangan dalam pelaksanaan Unas 2016. Kecurangan ini dipicu dengan kebijakan bahwa nilai UN masih berpengaruh untuk penilaian seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN). “Sehingga masih ada siswa yang mengejar nilai unas setinggi-tingginya, dengan berbagai cara,’’ katanya. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: