Tokoh Mengajar, Kadisdik Ajarkan tentang Sejarah Pancasila dan Asal-usul Nama Indonesia
KUNINGAN - Program Tokoh Mengajar bersama Radar Cirebon kali ini menghadirkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Kadisdikpora) Kabupaten Kuningan Asep Taufik Rohman di SMA Negeri 1 Kadugede, Rabu (4/5). Taufik yang juga seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Kuningan tersebut, tampak tak canggung lagi saat memberikan materi tentang Pancasila kepada para siswa kelas X. Materi pelajaran yang di sekolah biasa dikenal dengan sebutan PPKn atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut mengangkat pembahasan tentang wawasan kebangsaan. Menurut Taufik, materi tersebut sangat penting dipahami oleh para pelajar untuk menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme yang harus terpatri di dada mereka sebagai generasi bangsa. Yang pertama, Taufik membahas tentang sejarah Pancasila mulai dari pengertian secara bahasa, filosofi, terminologi (tahapan) dan historis (sejarah). Seluruh siswa tampak menyimak seluruh materi yang disampaikan Kadisdikpora dengan antusias, bahkan ada beberapa di antaranya yang mencatatnya sebagai tambahan pengetahuan mereka. Yang menarik saat Taufik menyampaikan materi kedua tentang asal-usul nama Indonesia. Sebelum membahas lebih lanjut, Taufik mengajukan pertanyaan kepada para siswa tentang siapa orang pertama yang memberi nama Indonesia sehingga kini dijadikan sebagai nama negara tempat kita bernaung. Namun tak ada satupun siswa yang mengangkat tangan, bahkan pertanyaan Kadisdikpora tersebut seolah menyadarkan bahwa selama ini mereka, bahkan diyakini sebagian besar rakyat Indonesia, tidak tahu asal-usul nama negara Indonesia bermula. Dengan gamblang, Taufik menyampaikan rangkaian sejarah nama Indonesia mulai dari masa lampau dengan sebutan banyak nama berdasarkan sebutan para pedagang mulai oleh bangsa Cina, Arab, India hingga Eropa. Dimulai dari sebutan Nan Hai oleh bangsa Tionghoa yang berarti kepulauan laut selatan, kemudian oleh bangsa India menamainya dengan Dwipantara atau Kepulauan Tanah Seberang dan bangsa Arab menyebutnya dengan Jaza\'ir al-Jawi atau kepulauan Jawa. \"Berlanjut pada masa kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan kehadiran Patih Gajah Mada atas Sumpah Palapa-nya yang menyebut kepulauan ini dengan nama Nusantara. Sedangkan oleh bangsa eropa, menyebutnya dengan nama Hindia, yang karena dijajah oleh Belanda maka sebutannya pun menjadi Hindia Belanda,\" ujar Taufik. Kemunculan nama Indonesia, lanjut Taufik, baru terjadi pada tahun 1847 oleh salah seorang jurnalis asal Skotlandia bernama James Richardson Logan dalam majalah ilmiah yang terbit di Singapura mencantumkan nama Indonesia untuk sebutan Kepulauan Hinda tersebut. Disebutkan jurnal tersebut, Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti India dan Nesos kata dalam bahasa Yunani yang berarti pulau. Jadi, kata Indonesia berarti wilayah India kepulauan, atau kepulauan yang berada di India. \"Baru pada tahun 1913, seorang pribumi yang pertama kali menyebut nama Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara saat bersekolah ke negeri Belanda dan menjadikannya sebagai nama biro pers yaitu Indonesische Persbureau. Hingga akhirnya nama Indonesia pun resmi digunakan saat Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menegaskan tentang pengakuan seluruh pemuda Indonesia tentang kesatuan bertanah air, berbangsa dan berbahasa yaitu Indonesia,\" ungkap Taufik. Sementara itu Kepala SMA Negeri 1 Kadugede Drs H Maryanto MSi menyatakan apresiasi dengan program Radar Cirebon yang menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional dengan menghadirkan tokoh mengajar tersebut. Menurut dia, kehadiran Kadisdikpora memberikan materi tentang Wawasan Kebangsaan sangat tepat dan memberi pencerahan sekaligus tambahan pengetahuan kepada para siswa, terutama dalam hal menumbuhkan jiwa nasionalisme. \"Kami sangat mendukung program Tokoh Mengajar ini semoga terus berlanjut. Kami tidak keberatan untuk kembali didatangi tokoh lain untuk mengajarkan ilmunya ataupun motivasi untuk kehidupan ke depan yang lebih baik,\" ujar Maryanto. (taufik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: