Kata Menteri, Anak SD Tidak Perlu Cemas, Ini Bukan UN

Kata Menteri, Anak SD Tidak Perlu Cemas, Ini Bukan UN

JAKARTA – Apapun namanya, ujian akhir pasti mengkhawatirkan buat siswa. Termasuk ujian sekolah untuk jenjang SD dan MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang digelar mulai hari ini (16/5). Bocah-bocah “putih-merah” tetap dihimbau untuk tenang serta tidak cemas. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menegaskan bahwa ujian nasional (unas) hanya berlaku untuk SMA/sederajat dan SMP sederajat. “Besok yang untuk anak-anak SD itu bukan unas,” katanya usai menjadi pembicara di forut TEDx Lazuardi di Depok kemarin (15/5). Karena ujian yang akan ditempuh siswa SD/MI hari ini bukan unas, Anies meminta siswa tidak usah cemas. Baginya anak-anak SD tetap menghadapi ujian hari ini seperti ujian semesteran atau kenaikan kelas biasa. Mantan rektor Universitas Paramadina itu mengatakan, ujian hari ini bersifat lokal dan menjadi agenda rutin tahunan pemerintah daerah kabupaten dan kota. Bahkan menurut laporan yang dia terima, tidak seluruh kabupaten dan kota di Indonesia menggelar ujian sekolah untuk SD dan MI mulai hari ini. “Termasuk di sini (Depok, red) ujian sekolah untuk SD tidak mulai besok (hari ini, red),” katanya. Namun di DKI Jakarta, daerah yang berbatasan dengan kota Depok, mulai menggelar ujian SD/MI hari ini. Selain urusan jadwal, Anies juga mengatakan pembuatan butir-butir soal ujian tidak di tangan Kemendikbud. Sebaliknya butir-butir soal ujian dibuat oleh guru-guru di setiap kabupaten dan kota. Kemendikbud hanya memberikan acuan kisi-kisi saja. “Jadi kalau besok ada soal ujian yang aneh-aneh, bukan ke Kemendikbud protesnya,” katanya lantas tersenyum. Beberapa kali soal ujian sekolah untuk SD dan MI kerap menjadi polemik. Diantaranya ada soal yang meminta siswa menyebutkan nama pemeran di dalam sinetron televisi swasta dan contoh kasus serupa lainnya. Penggagas program Indonesia Mengajar itu mengatakan beberapa tahun lalu, memang berlaku unas mulai jenjang SD hingga SMA. Namun aturan itu diubah, karena SD dianggap belum saatnya mengikuti ujian akhir yang bersifat nasional. Sebab bagi Anies, porsi pembelajaran di SD masih banyak nuansa bermainnya. Dia tidak ingin anak-anak SD mengalami ketegangan serupa kakak kelasnya di SMP atau SMA. Meskipun ujian sekolah hari ini cenderung “main-main” Anies berharap siswa menghadapinya dengan sungguh-sungguh. Sebagai latihan mereka untuk menyongsong pendidikan di jenjang SMA/MTs. Anies berharap siswa tidak memforsir waktu untuk belajar sampai subuh. “Belajar tetap seperti biasa. Jam 8 malam tidur,” tuturnya. Kepada para orang tua, Anies berharap tidak membuat anak-anak menjadi makin terbebani. Orangtua diharapkan membiarkan anak-anak untuk mengerjakan ujian sesuai dengan kemampuannya sendiri. Dia mengenang ketika menjelang ujian akhir di SD dulu. Waktu itu malam hari H-1 ujian, Anies malah diajak makan malam bersama ayah dan ibunya. “Waktu itu saya ingat naik motor vespa. Saya duduk diapit bapak dan ibu,” jelasnya. Anies yakin bahwa orang tuanya saat itu paham jika dia besoknya akan ujian akhir. Setelah Anies mempelajari, ternyata ajakan makan malah jelang ujian itu ternyata untuk membuatnya tidak stress dan tegang. Menurutnya ketika menghadapi ujian dengan situasi stres dan tegang, hasilnya tidak bias maksimal. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam mengatakan Kemendikbud memang tidak terlibat dalam teknis ujian SD/MI hari ini. Meskipun begitu Nizam mengatakan ada sebagian soal ujian yang dibuat oleh Kemendikbud. Tujuannya hanya sebagai pengukuran standar kualitas SD dari kacamatan nasional. Dimana letak soal titipan Kemendikbud itu? Nizam tidak bersedia membeberkannya. Dia berharap siswa fokus mengerjakan soal ujian sesuai dengan kemampuannya. Guru besar Fakultas Teknik UGM itu meyakini selama siswa belajar dengan baik dan tuntas, pasti bisa mengerjakan ujian. Seruan supaya siswa menjaga integritas dan tidak mencontek disampaikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad. “Utamakan kejujuran,” tegasnya. Pejabat asal pulau Madura itu mengatakan belajar dengan optimal, percaya diri, dan doa adalah kunci kelancaran menghadap ujian hari ini. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menjelaskan selama ini tidak pernah membuka posko pengaduan ujian sekolah untuk SD dan MI. Menurutnya mengharapkan ada siswa SD lapor ada kecurangan unas tidak semudah siswa SMP maupun SMA. Kemudian mengharapkan ada orangtua siswa SD melaporkan ada kecurangan, juga tidak kalah susah. Kebanyak diam. Retno mengatakan potensi kecurangan tentu masih ada di jenjang SD, meski tidak sebesar di SMP maupun SMA. Apalagi ketika nanti pertimbangan kelulusan SMP menggunakan nilai hasil ujian sekolah jenjang SD/MI. Secara alamiah siswa tentu akan mengejar nilai ujian setinggi-tingginya. “Kita lihat saja regulasi masuk SMP nanti seperti apa,” pungkasnya. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: