Sambut Ramadan, Ada Tradisi Makan di Pinggir Jalan  

Sambut Ramadan, Ada Tradisi Makan di Pinggir Jalan  

KUNINGAN -  Tradisi langka masih dilakukan warga Desa Cikubangsari dan Widarasari, Kecamatan Kramatmulya. Dalam menyongsong bulan suci Ramadan, warga dua desa tersebut makan bersama di pinggir jalanan beralaskan pelepah daun pisang. Sedikitnya 750 warga ikut meramaikan tradisi tersebut, Minggu (22/5). Usai membersihkan pemakaman di Jalan Kutanagara, Blok M, Desa Cikubangsari, mereka berkumpul dan makan bersama. Ratusan warga dua desa tetangga itu berbaur dalam kekeluargaan menyantap nasi liwet dengan lauk pauk seperti petai, ikan asin, kerupuk, sambal, tempe goring dan tahu, serta lalapan dari hampir 100 tumpeng yang diberikan kaum ibu-ibu. Salah seorang warga Cikubangsari, Aef saefudin mengatakan kegiatan tesebut merupakan tradisi tahunan setiap menjelang bulan suci Ramadan dengan terlebih dahulu melakukan bersih-bersih makam di kompleks pemakaman setempat. Hal itu dilakukan selain untuk memupuk kebersamaan dua warga desa yang dulunya satu desa itu, juga dilakukan dalam rangka melanjutkan tradisi yang sama selalu dilakukan leluhur mereka, yakni Buyut Salinjang. “Kegiatan ini diprakarsai oleh keturunan Buyut Salinjang, dimana Buyut Salinjang adalah salah satu tokoh Desa Cikubangsari dimana pada saat beliau masih hidup beliau selalu mengadakan kegiatan tersebut,” terang Aef. Kegiatan ini pun, sambungnya, berlangsung secara turun temurun hingga saat ini dan sudah menjadi agenda tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikubangsari dan Widarasari terutama bagi para keturunan Buyut Salinjang. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas datangnya bulan suci Ramadan. Sebagai bagian dari masyarakat Cikubangsari yang mencintai tradisi, Aef sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena selain kegiatan gotong royong danmakan bersama juga sebagai salah satu ajang bersilaturahmi. Ia berharap ke depannya kegiatan tersebut melibatkan seluruh masyarakat dua desa sehingga rasa kebersamaan dan persatuan pun semakin kuat terbangun. “Mudah-mudahan kedepannya dalam acara ini semua masyarakat bisa ikut dan terlibat di dalamnya sehingga lebih terbangun rasa kekeluargaan dan persaudaraan sesame muslim,” harap Aef yang merupakan tokoh pemuda setempat sekaligus mahasiswa akhir UNISA. Hal serupa disampaikan warga lainnya, Jejen Jaenudin. Menurutnya, kegiatan makan bersama beralaskan daun pisang itu harus tetap dijunjung tinggi. Ia beralasan, selain memupuk kebersamaan dan persaudaraan diantara sesama warga desa, kegiatan makan bersama seperti itu juga bisa menggugah pemikiran warga untuk lebih mencintai kampung halamannya. “Menurut saya sih kegiatan ini harus terus dipertahankan dan dijunjung tinggi. Tradisi seperti ini banyak manfaatnya dan jelas sekali dampaknya seperti apa. Makam-makam orang tua dan leluhur kita menjadi bersih dan kita bisa khusuk ketika memanjatkan doa saat jiaroh di hari Raya nanti,” ucap Jejen. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: