Atlet Lokal Berguguran di Babak Kualifikasi

Atlet Lokal Berguguran di Babak Kualifikasi

CIREBON – Kejuaraan bulu tangkis Sirkuit Nasional (Sirnas) KU-15 dan KU-13 yang berlangsung di GOR Bima Kota Cirebon masih terlalu berat bagi atlet lokal. Para pebulu tangkis dari luar kota masih mendominasi putaran final. Sementara talenta-talenta muda Kota dan Kabupaten Cirebon sudah berguguran di babak kualifikasi, Selasa (24/5). Pelatih PB Arumsari Cirebon, Dessusanto Iswadi mengaku kesulitan dalam turnamen tingkat nasional tersebut. “Yang kurang dari anak-anak kita adalah pengalaman bertanding. Karena memang tidak banyak kejuaraan bulu tangkis di Wilayah III Cirebon,” ujarnya, kemarin. PB Arumsari hanya satu diantara banyak klub lokal yang mencoba peruntungan dengan menurunkan pemainnya dalam event ini. Sejumlah klub lainnya seperti PB Wina Tunas Harapan Cirebon, Sumber Tangkas Cirebon, Nasional 94 Cirebon dan lainnya tidak bernasib lebih baik. Mereka masih kesulitan menembus dominasi sejumlah klub besar seperti PB Djarum Kudus, Jaya Raya Jakarta, Mutiara Cardinal Bandung atau PB Tangkas Jakarta. Sekretaris Umum Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kota Cirebon, Nasri Yusuf mengakui, kualitas pembinaan di daerah memang jauh tertinggal dengan klub-klub mapan yang ada di kota-kota besar. Kendati demikian, Nasri masih melihat sisi positif dari digelarnya Sirnas KU-15 dan KU-13 di Kota Cirebon. “Dari pantauan saat ini kita bisa menilai bahwa gairah pembinaan di Kota dan Kabupaten Cirebon terus meningkat. Hampir semua klub bulu tangkis yang ada di Cirebon menurunkan pemain. Semangat positif itu harus kita sambut baik,” katanya. Kualitas pembinaan yang timpang antara klub di daerah dan klub-klub di kota besar, menurut Nasri, tidak bisa dipahami dengan cara sempit. Menurut dia, banyak faktor yang menjadi pembeda. Sehingga, sistem pembinaan yang berlangsung di sebuah klub yang mapan seperti PB Djarum tidak bisa diterapkan begitu saja oleh klub-klub di daerah. Nasri mengatakan, program pembinaan di daerah, khususnya di Kota Cirebon, masih bersinggungan dengan regulasi dunia pendidikan yang begitu ketat. Padahal, menurut dia, seorang atlet bulu tangkis, butuh waktu yang lebih longgar untuk menjalani program latihan. Sebagai perbandingan, program latihan yang dijalankan klub-klub mapan, minimal lima hari dengan dua sesi pagi dan sore. Sedangkan klub-klub di Kota atau Kabupaten Cirebon hanya bisa menjalankan program latihan maksimal tiga sampai empat hari. Itu pun dengan hanya satu sesi, yakni di sore hari. “Dari segi frekuensi latihan saja kita sudah sulit mengimbangi. Tidak heran, kalau pemain yang dibina di daerah masih kesulitan bersaing,” ujarnya. (ttr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: