Sepi, Kepala Pasar Drajat  Muncul Sebulan Sekali

Sepi, Kepala Pasar Drajat  Muncul Sebulan Sekali

PEKALIPAN - Aktivitas pedagang Pasar Drajat tak hanya sepi. Pejabat yang ditempatkan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Berintan (PB) di pasar tersebut, ternyata jarang ngantor. Pedagang Pasar Drajat yang enggan diungkapkan identitasnya mengatakan, kepala unit pasar hanya berkantor pada waktu tertentu saja. Itu pun tidak pernah lama. \"Jarang nongol orangnya. Kalaupun datang ke kantor, ya kadang hanya satu bulan sekali. Kadang dua bulan, baru datang,” ujar pedagang yang minta tidak disebutkan namanya, kepada Radar, Rabu (25/5). Dia juga tidak mengetahui, apakah kepala unit pasar berkantor di kantor Perumda PB atau ada alasan lain. Sebab, sehari-hari biasanya ada Staf Unit Pasar Drajat, Hasan yang datang berkantor. “Tapi Pak Hasan juga jarang kelihatan akhir-akhir ini,” tuturnya. Untuk pedagang, kata dia, ketidakhadiran petugas Unit Pasar Drajat tidak terlalu berpengaruh. Tetapi, paling tidak kepala pasar dan stafnya bisa setiap hari berkantor dan mengetahui apa yang berkembang di lapangan. Sehingga, bila ada hal menarik atau perkembangan terbaru bisa dilaporkan dan jadi rujukan untuk saran pengembangan. Sayangnya, upaya konfirmasi ke Perumda PB juga tidak membuahkan hasil. Saat wartawan koran ini mengunjungi kantornya di Jl Kesambi, yang bersangkutan tidak ada di tempat. Seperti diketahui, Pasar Drajat kini didominasi usaha giling bumbu masakan dan bakso. Sedangkan pedagang lain, termasuk sembako dan sayuran, sulit untuk berjualan di Pasar Drajat.  Ketua Ikatan Pedagang Pasar (IPP) Drajat, Ahmad Tabroni menyampaikan, belum lama pihaknya diajak musyawarah dengan Perumda Pasar Berintan Kota Cirebon. Musyawarah tersebut mendiskusikan rencana relokasi para pedagang Pasar Drajat yang tidak mendapat kios/los, dikarenakan tak mampu membeli. Solusinya yang ditawarkan ketika itu, mereka dipindah ke Pasar Drajat. \"Yang dimaksud pindah ke sini itu, bukan PKL yang biasa mangkal. Ada juga pedagang asli Jagasatru yang jualannya di luar karena nggak mampu beli kios,” tutur Ahmad, kepada Radar, Rabu (25/5). Pedagang Pasar Drajat, kata dia, tidak mempersoalkan opsi itu. Para pedagang hanya berharap agar dengan kehadiran para pedagang tersebut, Pasar Drajat lebih ramai. “Kalau pedagang Jagastru menolak ke seni ya wajar. Mereka melihat kondisi di sini kan sepi,” katanya. Diungkapkan Ahmad, pemerintah kota pernah beberapa kali membuat perencanaan agar Pasar Drajat ramai. Misalnya membuat konsep pasar beras, pasar burung dan lainnya. Tapi rencana itu tidak pernah terealisasi. Sampai akhirnya Pasar Drajat punya ciri khas tersendiri dan disebut jadi pasar giling bumbu bakso.  (via)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: