Ricardo Carvalo, Bukan Karena Kesayangan Santos
MESKI dengan rambut yang semakin menipis, juga kaki-kaki yang tak secepat satu dekade silam, sosok Ricardo Carvalho masih begitu berguna buat Portugal. Di usianya yang sudah 38 tahun tersebut memang banyak yang mempertanyakan alasan pemanggilan kembali Carvalho ke dalam skuad Portugal. Pada era Paulo Bento, pelatih Portugal sebelum Fernando Santos, Carvalho dipinggirkan. Sejak 2012 lalu, pemain kelahiran Amarante itu disebut desertir karena menghilang dari pusat latihan Timnas Portugal pada 2011 lalu. “Karena desertir, itu berarti pengecut, maka saya menyebut Bento adalah seorang makelar. Dia memperdagangkan posisi di timnas kepada pemberi uang terbanyak,” kritik Carvalho kepada Bento seperti diberitakan RTP. Dengan meruncingnya hubungan keduanya, tak heran kalau Euro 2012 lalu, Carvalho ditinggalkan. Bersama Carvalho, nama Bosingwa juga ikut ditepikan oleh Bento. Bento akhirnya dipecat gara-gara penampilan mengecewakan Portugal di Piala Dunia 2014. Puncaknya adalah kekalahan 0-1 dari Albania pada laga perdana kualifikasi Euro 2016 Grup I. Sebagai gantinya adalah mantan pelatih Yunani Fernando Santos. Seperti diberitakan Sapo, Carvalho merasa sangat bahagia karena kembali membela Seleccao das Quinas, julukan Portugal. Setelah absen tiga tahun terakhir, sejak tahun lalu usai bergantinya rezim mentan pemain Chelsea dan Porto itu bergairah lagi. “Sangat penting bagi Portugal untuk memulai laga di Grup F dengan mulus. Sudah menjadi kewajiban buat tim kami lolos dari fase pertama (grup, red),” kata Carvalho kepada Sapo. Dengan status veteran dan sebagai yang dituakan dalam tim Portugal kali ini, Carvalho mengakui seumpama ada beban tersendiri. Apalagi pemain AS Monaco itu punya masa lalu yang belum usai. Membela Portugal sejak 2003 lalu, Carvalho menjadi bagian tim yang menjadi runner-up Euro 2004 di Portugal. Sayang Portugal kemudian kalah di final oleh Yunani kala itu. “Dengan usia saya saat ini, saya tak bisa memastikan hingga usia berapakah saya akan bermain sepak bola. Yang saya lihat adalah sejauh mana kami akan tampil di Euro 2016 ini,” tutur Carvalho. Carvalho pun merasakan adanya kenyamanan dalam skuad Portugal kali ini dibandingkan yang sebelumnya. Selain adanya regenerasi, kombinasi senior-junior Portugal dirasa akan lebih membahayakan lawan-lawannya. Resep rahasia menjaga diri hingga usia mendekati 40 tahun menurut pemain yang juara Liga Champions bersama FC Porto itu adalah disiplin diri sendiri. Jam latihan, istirahat, dan hal-hal lainnya haruslah terjadwal. “Saya selalu ingin bermain di level internasional bersama Portugal. Saya akan memberikan semua yang saya punya dan bisa untuk negara saya,” ujar Carvalho. Musim ini bersama Monaco, Carvalho bermain dalam 47 laga dengan total durasi bermain 3.249 menit. Rata-rata per laga Carvalho melakukan 2,7 kali intersep dan clearance 4,2 kali. Persentase sukses umpan per laga oleh Carvalho juga mencapai 85,3 persen. Selain Carvalho, pemain veteran lain yang dipanggil oleh Santos memperkuat Portugal adalah Ricardo Quaresma. Pemain Besiktas tersebut biasanya menjadi cameo buat Ronaldo di lini depan. Sempat membela Barcelona dan Chelsea, Bleacher Report menganalisis masuknya dua veteran tersebut memperkuat jembatan komunikasi antara pemain muda dan tua. Quaresma yang berusia 32 tahun itu gagal bersinar di usia 20-an. “Saya tak punya kesabaran ketika di Barcelona. Saya tak betah berada di bangku cadangan,” ucap pemain yang mengawali karir bersama Sporting Lisbon tersebut. Setelah belajar dari banyak kegagalan di karirnya, pemain yang membela Portugal sejak 2003 itu siap menebus kebodohannya dengan bermain bagus buat Portugal di Euro kali ini. Sementara itu, pelatih Portugal Santos mengatakan kalau pemain senior masih dibutuhkan sisi kepemimpinannya di lapangan. Bukan karena ada kedekatan khusus kemudian pemain senior seprtti Carvalho atau Quaresma kembali dipanggil. (dra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: